Petani Sumut Terpuruk Dengan Penurunan Harga Cabai Merah

Bisnis.com, MEDAN—Harga cabai merah di Sumatra Utara sejak awal tahun ini terus merosot. Tim Pemantau Harga Pangan Sumut mencatat, akhir-akhir ini harga cabai merah di beberapa pasar tradisional berkisar Rp18.000 hingga Rp20.000 per kg.

Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut Gunawan Benjamin mengatakan akibat penurunan harga tersebut, pendapatan petani ikut terpuruk.

“Harga di tingkat petani itu selisihnya 40%-50% dari harga yang dijual di pasar tradisional. Sejauh ini para petani mengklaim harga jual Rp10.000 sampai Rp13.000 per kg. Petani yang memiliki utang ke tengkulak mendapatkan harga jual paling rendah. Selisihnya bisa Rp1.000 sampai Rp2.000 per kg,” jelas Gunawan, Rabu (1/3/2017).

Pihaknya berharap ke depan Pemprov Sumut dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut mampu mengontrol rentang harga cabai merah. Langkah itu penting dilakukan agar tidak terjadi lonjakan harga dan tidak merugikan petani.

“Harga harus seimbang. Petani ini kan memiliki luas areal tanam yang berbeda. Semakin sedikit areal tanam petani, semakin kecil pendapatannya. Kemudian ada pula petani yang ikut-ikutan. Harga cabai mahal, mereka ikut menanam. Kalau sekarang sedang terpuruk, mereka juga harus menanggung kerugian yang signifikan,” tambah Gunawan.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, pada Februari 2017 mengalami deflasi 0,59%. Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga cabai merah di seluruh kota indeks harga konsumen (IHK).

Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Bismark S. Pardamean menuturkan, cabai merah memegang andil deflasi tertinggi di keempat daerah IHK tersebut. Dia merinci, di Sibolga, harga penurunan harga cabai merah memiliki andil deflasi hingga 1,27%, di Medan 0,81%, Pematang Siantar 0,65%, dan Padang Sidempuan 0,45%.

Khusus di Medan, cabai, baik cabai merah maupun cabai hijau mengalami persentase penurunan harga paling tinggi. Harga cabai merah turun 24,56% dan cabai hijau 25%.