Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) berdasarkan rencana strategis (renstra) membidik investasi pada tahun 2025 mencapai Rp42,5 triliun.
Berdasarkan catatan Bisnis, nilai tersebut mengalami peningkatan mencapai Rp1 triliun dibandingkan target yang ditetapkan pada tahun 2024 lalu.
“Untuk target renstra provinsi tahun 2025 sebesar Rp42,5 triliun,” ujar Penata Kelola Penanaman Muda Ahli Madya DPMPTSP Sumsel Eko Agusrianto, Selasa (11/2/2025).
Eko menjelaskan, pada tahun sebelumnya, total investasi di Sumsel senilai Rp70,92 triliun atau mencapai 170,89% dari target RPJMD yang sebesar Rp41,5 triliun.
Sementara berdasarkan target nasional yang sebesar Rp64,82 triliun, capaian angka tersebut menembus 109,41%. “Kalau untuk target nasional tahun 2025 kita masih menunggu dari pusat,” sambungnya.
Sementara itu, pengembangan hilirisasi berbagai komoditas unggulan di wilayah Sumsel yang masih terbuka lebar juga menawarkan peluang bagi investor lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya.
Baca Juga
Oleh karena itu, pihaknya memperkirakan, sektor yang potensial untuk investasi di masa mendatang yaitu sektor hilirisasi. “Kalau untuk sektor yang potensial untuk investasi kedepan di bidang hilirisasi,” kata Eko.
Adapun salah satu peluang investasi pada sektor hilirisasi di Sumsel yaitu pembangunan pabrik pengolahan kelapa menjadi bioavtur di Kabupaten Banyuasin.
“Untuk pembangunan pabrik CCO masih menunggu rencana groundbreaking, dan kami baru memperoleh estimasi rencana investasinya," jelasnya.
Diketahui sebelumnya, Investor asal Jepang Green Power Development Corporation of Japan (GPDJ) telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung dalam rencana pembangunan pabrik pengolahan komoditas kelapa menjadi sustainable aviation fuel (SAF) atau bioavtur.
Kepala Bidang Promosi PM DPMPTSP Sumsel Rahmat Fitriansyah mengatakan rencana nilai investasi Jepang dalam pembangunan pabrik CCO tersebut berkisar Rp200 sampai Rp300 miliar, dengan skala produksi CCO diperkirakan mencapai 100 sampai 120 ton per hari dan omzet sebesar Rp660 miliar per tahun.
Namun, angka tersebut belum pasti lantaran masih dalam tahap kajian untuk hilirisasi ke produk lainnya seperti santan, air kelapa kemasan, hingga pabrik arang dari sabut dan tempurung kelapa.
“Jumlah investasi belum fix karena mereka masih melakukan kajian lagi. Tapi untuk saat ini akan fokus ke satu item (pabrik CCO) dulu,” katanya.