Bisnis.com, MEDAN – Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara (Sumut) mengungkap sejumlah faktor yang membuat kinerja ekspor karet alam dari Sumut turun signifikan pada tahun 2024.
Diketahui, total volume ekspor karet alam dari Sumut tahun 2024 sebesar 254.376 ton, jauh dari tingkat ekspor normal tahunan yang dicatat Gapkindo bisa mencapai 500.000 ton per tahun.
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan jika dibandingkan dengan posisi tahun 2017, terjadi penurunan hingga 50,3% atas kinerja ekspor karet alam Sumut tahun ini. Pada 2017, Sumut mencatatkan total ekspor karet alam hingga 512.725 ton.
“Berdasarkan data yang tercatat, volume ekspor karet alam dari Sumatra Utara sejak tahun 2017 hingga 2024 menunjukkan tren penurunan yang konsisten,” kata Edy, Senin (13/1/2025).
Sejumlah faktor disebut Edy memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor karet alam Sumut. Salah satunya, penurunan permintaan dari pabrik ban internasional terhadap karet alam dari Indonesia yang membuat serapan produk karet Indonesia di pasar global berkurang.
Tak hanya itu, persaingan yang semakin ketat antar negara penghasil karet lain seperti Thailand, Malaysia, juga Vietnam, turut berperan mempersempit pangsa pasar Indonesia di pasar dunia.
Baca Juga
Ditambah lagi, negara-negara di Afrika seperti Republik Pantai Gading semakin menunjukkan kemajuan yang pesat dalam produksi dan ekspor karet alam. Bagi Indonesia, lanjut Edy, hal itu tak hanya menambah persaingan di pasar internasional, tapi juga memperburuk tantangan yang dihadapi.
Edy mengatakan, kenaikan harga karet pada kuartal IV 2024 sempat memberi angin segar bagi industri karet Indonesia. Harga rata-rata karet remah SICOM-TSR20 saat itu mampu mencapai 174,34 sen AS per kg, dari sebelumnya di bawah 150 sen AS.
Namun, peningkatan tersebut belum diikuti oleh kenaikan produksi yang signifikan. Pada kuartal IV 2024, Gapkindo Sumut justru mencatat pasokan karet alam dari Sumatra Utara tak mengalami perbaikan yang berarti. Hal itu disebut Edy membuat pemulihan pasar menjadi lebih sulit untuk dicapai.
Tantangan dalam peningkatan produksi dan persaingan global yang semakin ketat diharapkan Edy membuka mata sektor karet alam khususnya di Sumut untuk beradaptasi dengan perubahan pasar.
“Pemerintah dan pelaku industri karet harus terus berupaya meningkatkan daya saing dan inovasi agar Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam pasar karet dunia,” pungkasnya.
Adapun distribusi karet alam dari Sumut sejauh ini masih menyasar pasar tradisional negara tujuan. Eropa menjadi satu dari 6 (enam) negara importir terbesar karet alam dari Sumut sepanjang 2024, mencapai 13,01% dari total ekspor.
Negara-negara tujuan ekspor utama ke Eropa antara lain Jerman, Prancis, Polandia, Spanyol, Belgia, Italia, Slovenia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Rumania, Yunani, Belanda, Kroasia, Finlandia, Inggris, Serbia, dan Ceko.
Selain Eropa, lima negara utama tujuan ekspor karet alam Sumatra Utara adalah Jepang (37,99%), Amerika Serikat (21,52%), Brasil (6,77%), China (6,52%), dan India (6,42%).