Bisnis.com, ACEH - Keberadaan perusahaan minyak dan gas asal Inggris, Harbour Energy di wilayah Andaman II, Provinsi Aceh, telah memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitar perusahaan.
Salah satu kebermanfaatan yang dirasakan masyarakat itu yakni bagi nelayan di Kuala Raja, Kecamatan Bireuen, Aceh. Melalui sinergitas Harbour Energy dengan lembaga adat Panglima Laut, telah berhasil mendirikan sebuah fasilitas Balai Nelayan.
Menurut keterangan dari Panglima Laut wilayah Bireuen, M. Nasir, ada sebanyak 4.000 nelayan yang berada di Bireuen, dan 80% merupakan nelayan tangkap dan 20% adalah nelayan budi daya.
"Seluruh nelayan di Bireuen ini pemimpinnya itu dikenal dengan Panglima Laut," kata Nasir, saat dikunjungi Bisnis Indonesia dalam kegiatan Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 yang turut didukung oleh KKKS Sumbagut, yakni EMP Tonga, EMP Gebang, Pertamina EP Pangkalan Susu, Pertamina EP Rantau, Harbour Energy, dan Pertamina Hulu Energy NSO, Sabtu (7/12/2024).
Dia menjelaskan dengan cukup banyaknya aktivitas nelayan di Bireuen itu dan bahkan jarak titik penangkapan ikan hingga sekian mil ke laut, dan hal terpenting adalah sebuah komunikasi antar nelayan dan kemudian sampai ke Panglima Laut.
Kemudian supaya ada semacam tempat diskusi dan pertemuan antar nelayan, dan dengan memiliki tempat yang lebih layak, maka diperlukan sebuah tempat balai nelayan.
Baca Juga
Karena selama ini, sebut Nasir, para nelayan menggunakan kantor desa untuk melakukan pertemuan para nelayan tersebut. Kondisi itu telah lama dijalani, dan lama-kelamaan dia merasa egan jika terus menyibukan para pegawai yang di kantor desa tersebut.
"Ternyata segala harapan dari nelayan itu, telah diwujudkan oleh Harbour Energy. Kami dibangunkan sebuah tempat pertemuan yang dilengkapi fasilitas lainnya. Bagi kami tempat yang luas dan kokoh ini, merupakan sebuah harapan semua masyarakat nelayan di Bireuen," ujarnya.
Nasir menyampaikan Balai Nelayan yang telah dibangun oleh Harbour Energy itu, saat ini benar-benar telah dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para nelayan.
Bahkan tidak hanya menjadi pertemuan antar nelayan, sekali-kali ada juga dari TNI AL datang ke Balai Nelayan di Kuala Raja, untuk melakukan berbagai kegiatan dengan nelayan, seperti edukasi dan keperluan lainnya.
"Balai Nelayan tidak hanya sekedar tempat pertemuan antar nelayan saja. Manfaatnya telah banyak, terlebih Harbour Energy juga melengkapi fasilitas di Balai Nelayan dengan membelikan sebuah radio legal," sebutnya.
Dikatakannya untuk Balai Nelayan itu, biasanya digunakan untuk membahas terkait kondisi para nelayan, dan pertemuan ini berada di bawah Panglima Laut.
Dari pertemuan itu, akan diketahui terkendala kendala dan apa saja kebutuhan nelayan, agar hasil tangkapan lebih baik dari waktu ke waktu.
"Pertemuan di Balai Nelayan itu terbilang sering, dengan sifat undangannya itu perwakilan dari masing-masing desa yang ada di Bireuen," sebut Nasir.
Hal yang dibahas beragam, ada yang soal kondisi hasil tangkapan, serta soal perekonomian nelayan, hingga soal penugasan pemantauan wilayah laut Indonesia yang ada di Aceh, karena berdekatan dengan laut Negara Thailand, dan sejumlah negara lainnya.
"Makanya dengan adanya Balai Nelayan yang kemudian dilengkapi dengan alat komunikasi berupa radio (legal), sangat terbantu kami di sini. Karena selama ini komunikasi nelayan dengan yang ada di daratan itu pakai ponsel, dimana ada batasan jangkauan telekomunikasinya," ungkap dia.
"Kalau sudah pakai radio ini, dimanapun keberadaan nelayan di laut itu, bisa berkomunikasi dengan Panglima Laut nya," kata dia.
Alasan penting adanya komunikasi radio itu, karena terbilang cukup sering nelayan yang mengalami gangguan di laut, seperti mesin rusak dan hingga soal penyelamatan nelayan sekalipun.
Selain itu, dengan adanya radio komunikasi itu, para nelayan pun dengan cepat bisa melaporkan terkait adanya aktivitas kapal asing yang memasuki perairan laut Indonesia di wilayah Aceh.
"Ada nelayan yang lapor kalau melihat adanya aktivitas kapal asing. Kemudian Panglima Laut berkoordinasi dengan TNI AL. Nah, selanjutnya barulah TNI AL yang bertindak di lokasi. Jadi 4.000 nelayan Bireuen ini bisa turut membantu TNI AL selama berada di perairan," jelasnya.
Nasir juga menyampaikan harapan agar kepedulian Harbour Energy tidak akan berakhir pada pembangunan Balai Nelayan saja, tapi juga bisa membantu para anak nelayan yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Wakil Panglima Laut wilayah Bireuen, Abu Dahlan menambahkan bahwa di satu sisi Harbour Energy telah memberikan kepedulian yang besar terhadap para nelayan di Bireuen, yaitu berupa dibangunkannya Balai Nelayan. Namun alangkah lebih baiknya ada bantuan pendidikan untuk anak nelayan.
"Kondisi perekonomian nelayan sama-sama tahu, tidak begitu stabil. Dari hal ini maka akan sulit untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Jika bisa, bantuan Harbour Energy juga hadir di desa-desa yang dihuni para nelayan," harap dia.
"Di daerah lainnya di Aceh ini, Harbour Energy telah ada yang membantu anak nelayan untuk kuliah. Jadi saya berharap bantuan itu pun sampai di tempat kami," sambung Dahlan.
Menanggapi dari hal itu, Community Development Officer, Harbour Energi Andaman II, Adi Irawan mengatakan bahwa bangunan Balai Nelayan di Bireuen itu telah dibangun sejak akhir tahun 2023 lalu, dan artinya kini bangunan tersebut telah berusia satu tahun.
"Yang punya peranan penting soal nelayan itu adalah Panglima Laut. Kami pun awalnya berdiskusi dengan Panglima Laut soal hal apa yang perlu dibangun. Hingga akhirnya dari perusahaan menyetujui untuk membangunkan sebuah tempat Balai Nelayan," jelasnya.
Dia mengatakan hadirnya Harbour Energy bagi nelayan setempat itu, karena Harbour Energy tidak ingin hanya tumbuh dan berkembang sendiri saja.
Untuk itu penting juga untuk merangkul masyarakat sekitar, agar sama-sama merasakan dampak yang baik dari hadirnya perusahaan migas Harbour Energy.
Adi berharap hadirnya Balai Nelayan tersebut, bisa memberikan banyak manfaat ke nelayan, sehingga kemajuan dan perekonomian pun para nelayan bisa lebih baik kedepannya.
Dia menyebutkan dalam upaya perusahaan untuk membantu masyarakat sekitar, tidak hanya menyasar para masyarakat di pesisir pantai saja, tapi juga menjangkau masyarakat hingga ke daerah pedalaman desa.