Bisnis.com, PALEMBANG – Ekspor Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) menunjukkan perkembangan positif pada Oktober 2024 dengan total nilai mencapai US$646,06 juta, atau mengalami kenaikan sebesar 5,70% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month). Secara tahunan (year on year), ekspor Sumsel tercatat meningkat 22,46%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Moh Wahyu Yulianto menjelaskan bahwa ekspor nonmigas mengalami kenaikan 6,37%, sementara ekspor migas mengalami penurunan sebesar 6,65%.
"Ekspor nonmigas didorong oleh komoditas batu bara, CPO, serta kayu dan produk olahannya," ujar Wahyu, seperti dikutip pada Rabu (4/12/2024).
Sementara itu, jika dilihat dari tren tahunan, peningkatan ekspor Sumsel didorong oleh sektor batu bara, pulp (bubur kertas), serta karet dan produk karet. Ekspor nonmigas mengalami kenaikan signifikan sebesar 27,70%, sementara ekspor migas justru terkontraksi cukup dalam, yaitu 34,54%.
Wahyu merinci bahwa total nilai ekspor pada periode tersebut terbagi atas sektor pertanian senilai US$12,28 juta, sektor industri US$301,15 juta, sektor pertambangan US$303,53 juta, dan migas US$29,10 juta.
"Secara bulanan, hanya sektor pertambangan yang mengalami kenaikan ekspor, sementara secara tahunan hanya migas yang mengalami penurunan ekspor," jelasnya.
Baca Juga
Dia juga menambahkan bahwa meskipun komoditas unggulan seperti bubur kertas dan karet mengalami penurunan ekspor bulanan, batu bara justru menunjukkan peningkatan. Namun, bila dibandingkan secara tahunan, seluruh komoditas unggulan Sumsel mengalami kenaikan nilai ekspor.
Adapun negara tujuan utama ekspor Sumsel adalah Tiongkok, dengan komoditas yang dikirim mencakup bubur kertas (pulp) senilai US$928,62 juta, lignit US$740,21 juta, dan batu bara US$117,85 juta.
Di sisi lain, Wahyu menambahkan bahwa nilai impor Sumsel pada Oktober 2024 tercatat sebesar US$110,62 juta, yang mengalami penurunan 33,19% dibandingkan dengan September 2024.
"Sebagai hasil dari perkembangan ekspor dan impor, neraca perdagangan Sumsel pada Oktober 2024 mencatatkan surplus sebesar US$110,62 juta, meskipun mengalami penurunan 33,19% dibandingkan dengan bulan sebelumnya," tutup Wahyu.