Bisnis.com, PADANG - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatra Barat mencatat luas lahan pertanian tadah hujan mencapai 47.788 hektare yang tersebar di 18 kabupaten dan kota.
Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan jumlah luas lahan sawah tadah hujan tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun-tahun lalu.
"Tahun lalu sekitar 30.000 hektare, dan dari data kami punya luas lahan sawah tadah hujan untuk tahun 2023 bertambah menjadi 47.788 hektare," katanya, Senin (18/11/2024).
Dia menyebutkan bertambahnya luas lahan sawah tadah hujan itu adanya persoalan irigasi, dimana secara fasilitas atau infrastrukturnya ada, hanya saja tidak bisa dialiri air, sehingga menyebabkan air tidak bisa mengalir ke sawah.
Dampak dari kondisi itu, membuat IP (indeks penanaman padi) turun. Karena melihat dari kondisi yang bukan sawah tadah hujan itu IP bisa mencapai 4-3 kali dalam satu tahun.
"Kalau sawah tadah hujan itu palingan dua kali setahun bisa menanam padinya, dan bahkan yang sering terjadi itu hanya satu kali dalam setahun petani bisa menanam padi yakni pada musim hujan saja," ujarnya.
Baca Juga
Dikatakannya dari data yang dimiliki sawah tadah hujan tersebut sebagian besar berada di kawasan berdekatan dari perbukitan, yang sulit untuk mendapatkan pengairan.
"Solusi dari kondisi itu, kami telah sampaikan ke dinas terkait agar bisa membuat irigasi, sehingga lahan sawah tadah hujan bisa berkurang. Karena jika sawah tadah hujan berkuran, produktivitas padi pun bisa ditingkatkan," sebutnya.
Ferdinal merinci lahan sawah tadah hujan terluas itu berada di Kabupaten Pesisir Selatan yakni 8.250 hektare dengan irigasi yang dimiliki luasnya mencapai 32.980 hektare.
Kemudian berada di Kabupaten Tanah Datar 6.737 hektare dengan luas irigasi yang ada di daerah itu 45.658 hektare. Lalu kondisi tersebut juga berada di Kabupaten Padang Pariaman 6.610 hektare dengan luas irigasi 36.227 hektare.
"Daerah yang tidak memiliki sawah tadah hujan itu berada di Kabupaten Padang Panjang dan daerah tersebut turut didukung luas irigasi 1.609 hektare," jelasnya.
Dia menjelaskan luas irigasi yang dimaksud itu, dimana lahan sawah yang ada tersebut turut memiliki irigasi, namun saluran irigasi di sawah tidak berfungsi dengan baik.
Sedangkan di Kota Padang Panjang yang tidak memiliki lahan sawah tadah hujan, karena di daerah tersebut memiliki sumber air yang melimpah, sehingga pengairannya sangat mudah dilakukan.
"Berbeda dengan kondisi di daerah lainnya, irigasi ada, tapi rusak, sehingga air sulit mengalir hingga ke sawah. Ada juga kasus, secara fisik irigasi bagus, tapi sumber air yang sulit untuk mengaliri air hingga sampai ke saluran irigasi," ungkapnya.
Menurutnya bila lahan sawah tadah hujan 47.788 hektare tersebut terkelola dengan baik, maka akan dapat menambah produktivitas padi yang jumlah bisa mencapai 160.000 ton.
Dimana hal tersebut dihitung dengan kondisi produksi 4 ton padi per hektare. Dari kondisi itu, produksi padi dari sawah tadah hujan tersebut, akan mampu memberikan peran dalam target padi di Sumbar.
Untuk itu, terkait kondisi-kondisi yang demikian, setelah disampaikan ke dinas terkait, pihaknya juga turut mensosialisasikan kepada petani untuk mencoba mengolah lahan yang ada untuk bertanam jagung.
"Jadi di saat lagi musim panas bisa tanam jagung dulu. Nanti pas musim hujan baru dimulai lagi bertanam padinya. Hasilnya, tidak semua petani yang berminat untuk melakukan yang demikian," tegasnya.