Bisnis.com, PALEMBANG – Komoditas crude palm oil (CPO) dan pupuk menjadi penyebab terjadinya penurunan aktivitas ekspor di Provinsi Sumatra Selatan secara month to month (mtm).
Kepala Badan Pusat Statistik Sumatra Selatan (BPS Sumsel) Moh Wahyu Yulianto melaporkan nilai ekspor di wilayah itu periode Juli 2024 mencapai US$623,02 juta atau merosot 0,45% dibanding bulan Juni.
“Penurunan disebabkan oleh ekspor migas kita yang turun sebesar 5,28% dan ekspor nonmigas yang turun 0,08%,” jelasnya, dikutip Selasa (3/9/2024).
Namun demikian secara year on year (yoy) ekspor di Bumi Sriwijaya masih menunjukkan peningkatan 14,34% yang didorong oleh ekspor komoditas batubara dan lignit, karet dan barang dari karet, serta komoditas pulp atau bubur kertas.
Wahyu memerinci, dari total ekspor periode tersebut, sektor yang menjadi penyumbang terbesar yaitu industri yang mencapai US$300,38 juta. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertambangan US$273,43 juta, migas US$42,64 juta dan sektor pertanian US$6,57 juta.
Sementara apabila dilihat dari kinerjanya, dua sektor diantaranya industri dan migas masing-masing terkontraksi sebesar 5,64% dan 5,28% secara mtm. Lalu untuk sektor pertanian dan pertambangan mengalami pertumbuhan 136,40% dan 5,27%.
Baca Juga
“Untuk perkembangan nilai ekspor tiga komoditas unggulan Sumsel meliputi batu bara, karet remah dan pulp/bubur kertas, semuanya mengalami peningkatan baik secara bulanan maupun tahunan,” bebernya.
Lebih lanjut, imbuh Wahyu, tiga negara utama yang menjadi pangsa ekspor Sumsel secara presisten yaitu Tiongkok, India dan Malaysia dengan komoditas yang diekspor seperti bubur kertas, minyak kelapa sawit, karet, batubara, lignit, hingga pupuk.