Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Kompetitor Merosot, Harga Kopi di Sumsel Terkerek Hingga Rp70.000 per Kg

Harga komoditas kopi di Kota Pagaralam Provinsi Sumatra Selatan tercatat melonjak siginifikan mencapai Rp70.000 per kilogram (Kg).
Petani kopi di Desa Bumi Agung, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam, Provinsi Sumatra Selatan. Bisnis/Husnul
Petani kopi di Desa Bumi Agung, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam, Provinsi Sumatra Selatan. Bisnis/Husnul

Bisnis.com, PALEMBANG -- Harga komoditas kopi di Kota Pagaralam Provinsi Sumatra Selatan tercatat melonjak siginifikan mencapai Rp70.000 per kilogram (Kg).

Ketua Kelompok Petani Kopi Desa Bumi Agung, Kecamatan Dempo Utara, Zulkifli mengakui kenaikan harga kopi memang telah berlangsung sejak tiga hari terakhir.

Menurutnya setiap kopi memiliki harga jual yang berbeda-beda, tergantung pada kualitas kopi tersebut. Akan tetapi untuk saat ini, kopi dengan kadar air antara 12%-15% di Pagaralam dihargai Rp70.000 per Kg.

"Sekarang kalau yang bagus (kopi) di Pagaralam Rp70 ribu per Kg, tapi jalau harga basis di Lampung itu sampai Rp79 per Kg," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (10/6/2024).

Sementara untuk kopi dengan kadar air 20% atau lebih, berada di kisaran harga Rp65.000 sampai Rp66.000 per Kg.

Kenaikan harga yang cukup tinggi, kata Zulkifli, membuat masyarakat sangat antusias untuk menjual hasil produksinya. Bahkan di salah satu Tauke (Pengepul) terpantau masyarakat mengantre hingga sore hari.

"Karena Tauke itu sudah terkenal dan harga belinga tinggi, masyarakat berbondong-bondong menjual kopinya," imbuhnya.

Dia berasumsi, kenaikan harga kopi yang cukup tinggi ini disebabkan oleh merosotnya produksi sejumlah negara kompetitor seperti Brazil dan Vietnam.

Sehingga pasokan kopi di seluruh dunia terkontraksi dan berimbas ke harga yang melonjak.

"Kalau kita lihat dari media sosial di daerah Brazil itu lagi kering semua batang kopi termasuk Vietnam karena cuaca ekstrem," jelasnya.

Disamping itu, terkait produktivitas kopi di Pagaralam sendiri relatif stabil, tergantung dengan perawatan yang dilakukan oleh petani.

"Kalau kebun dirawat saya lihat kopinya lebat. Tapi kalau dibiarkan saja, ya, buahnya kurang," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper