Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Silih Berganti Bencana Alam Menyapu Pertanian di Sumbar

Lahan pertanian yang terdampak itu berada di sekitar Gunung Marapi yang juga merupakan sentra produksi tanaman hortikultura terutama sayuran di Sumbar.
Sejumlah masyarakat melihat kondisi dampak bencana banjir bandang lahar dingin di Nagari/Desa Batu Taba, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Selasa (14/5/2024). Bisnis/Muhammad Noli Hendra
Sejumlah masyarakat melihat kondisi dampak bencana banjir bandang lahar dingin di Nagari/Desa Batu Taba, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Selasa (14/5/2024). Bisnis/Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Silih berganti bencana alam yang terjadi di sejumlah daerah di Provinsi Sumatra Barat telah berdampak buruk bagi pertanian di Ranah Minang hingga pertanian tanaman pangan hingga hortikultura.

Sekretaris Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan dari data yang dirangkum sejak bencana erupsi Gunung Marapi tanggal 3 Desember 2023 lalu hingga bencana Mei 2024 ini telah berdampak pada lahan pertanian yang ada di sekitar Gunung Marapi.

"Kami telah merangkum data-datanya, bahkan telah kami buatkan proposal kepada Menteri Pertanian tertanggal 13 Maret 2024 sebagai bentuk upaya meminta bantuan ke Mentan terkait penanganan dampak bencana alam terhadap pertanian di Sumbar," katanya, Senin (27/5/2024).

Ferdinal merinci dimulai dari bencana 3 Desember 2023 lalu berdasarkan laporan Dinas Pertanian Kabupaten dan Kota yang terdampak, diperkirakan sekitar 2.158,30 ha lahan pertanian di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang terdampak oleh abu vulkanik Gunung Marapi.

"Lahan pertanian yang terdampak itu berada di sekitar Gunung Marapi yang juga merupakan sentra produksi tanaman hortikultura terutama sayuran di Sumbar," ujarnya.

Di daerah itu, komoditas unggulan paling terdampak adalah komoditas tanaman hortikultura seperti bawang merah dan cabe serta sejumlah tanaman sayuran lainnya.

Gejala dampak yang dirasakan adalah daun tanaman tertutup abu vulkanik yang mengganggu pertumbuhan tanaman.

"Dari testimoni sejumlah petani, dilaporkan bahwa petani telah mengalami kegagalan penanaman berulang kali karena abu vulkanik tersebut," jelas dia.

Kemudian pada tanggal 7-8 Maret 2024, Sumbar kembali mengalami bencana banjir akibat curah hujan yang sangat tinggi, dan telah menyebabkan sekitar 7.927,34 ha lahan pertanian terdampak.

Lahan pertanian yang terdampak banjir tersebut meluas di Kabupaten Agam, Pasaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Kabupaten Solok, Kota Padang, Kota Pariaman, Kota Solok, dan Kota Sawahlunto.

Untuk komoditas pertanian paling terdampak adalah komoditas tanaman pangan dan hortikultura seperti padi, jagung, bawang merah, dan cabai serta sejumlah tanaman sayuran lainnya.

"Banyak lahan pertanian yang tergenang oleh luapan air sungai dan sebagian dari itu mengalami gagal panen (puso). Banjir bandang juga merusak sejumlah fasilitas pengairan, baik irigasi primer, sekunder, maupun tersier," sebutnya.

Begitupun untuk kondisi bencana banjir lahar dingin yang terjadi pada 11 Mei 2024 lalu. Bahkan banjir lahar dingin ini juga dibarengi dengan banjir bandang di sejumlah daerah.

Hal tersebut turut menyebabkan sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang terdampak oleh banjir lahar dingin tersebut.

Menurutnya untuk kejadian banjir pada lahan-lahan pertanian lainnya akibat curah hujan tinggi juga terjadi dalam rentang tanggal 11 - 14 Mei 2024 itu, juga turut menyebabkan sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Payakumbuh, Kabupaten Solok Selatan dan Kota Sawahlunto, terdampak oleh banjir tersebut.

Selain itu, Ferdinal menyampaikan berdasarkan laporan petugas lapangan BPTPH Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar bencana banjir ini telah merusak sejumlah areal pertanaman padi, jagung, cabe, tomat, terong, dan sayuran lainnya.

Gejala dampak yang dirasakan adalah tertimbunnya lahan pertanaman dengan material erupsi Gunung Marapi itu, juga telah merusak sejumlah fasilitas pengairan, baik irigasi primer, sekunder dan tersier.

Untuk itu, Pemprov Sumbar telah mengajukan kebutuhan penanganan dan pemulihan dampak kepada Kementerian Pertanian RI, yakni untuk padi yang terdampak luasnya 4.416,64 hektare dan luas itu turut terjadi puso seluas 725,05 hektar.

Lalu untuk jagung luas lahan yang terdampak mencapai 1.098,28 hektar dan mengalami puso 320,45 hektar. Kemudian cabai merah juga turut merasakan dampak bencana dengan luas 155,10 hektar dan terjadi 32,38 hektar.

Selanjutnya untuk bawang merah lahan yang terdampak 32,60 hektar dan yang mengalami puso 9,00 hektar. Serta untuk sayuran lainnya yang tercatat terdampak seluas 268,55 hektar dan yang mengalami puso 93,50 hektar.

"Jadi total lahan yang terdampak itu tercatat 5.971,08 hektare dan kondisi pertanian yang mengalami puso mencapai 1.180,39 hektar," jelasnya.

Diakuinya melihat kondisi yang seperti itu, maka perlu bagi pemerintah untuk memberikan solusi dan kepedulian terhadap petani yang merasakan dampak akibat bencana alam tersebut.

Untuk itu, Pemprov Sumbar turut menyampaikan kebutuhan penanganan bencana terhadap pertanian itu ke Menteri Pertanian RI. Kemudian secara bersama-sama dengan Pemprov Sumbar dan Pemerintah Kabupaten dan Kota turut mengambil langkah-langkah mitigasi dan adaptasi bencana tersebut.

Langkah yang diambil itu, kata Ferdinal, dimulai dari mensiapsiagakan Brigade Alsintan pada 3 kabupaten dan kota di sekitar Gunung Marapi, yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang.

"Kebutuhan peralatan Brigade Alsintan tentunya perlu dilengkapi, terutama Excavator Mini dan Traktor, untuk dapat menormalisasi lahan pertanian yang tertimbun material erupsi," sebutnya.

Selanjutnya melakukan gerakan penanganan dampak bencana bersama masyarakat (terutama petani) melalui gotong royong untuk membersihkan jaringan irigasi dan lahan yang tertimbun material erupsi, agar dapat dibudidayakan kembali oleh petani.

Selanjutnya perlu untuk menyediakan sarana prasarana produksi pertanian (terutama benih dan pupuk) agar petani dapat menjalankan aktivitas produksi pertaniannya.

Untuk mendukung langkah-langkah tersebut, dibutuhkan penyediaan peralatan dan mesin pertanian, perbaikan pengairan dan penyediaan sarana prasarana produksi.

"Kami berharap proposal yang telah diberikan ke Mentan bisa dijawab dan akan menjadi kabar yang baik bagi petani yang terdampak, yakni berupa bantuan seperti yang telah disampaikan di dalam surat atau proposal dari kami," tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper