Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat melakukan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2024 ini.
Gubernur Sumbar Mahyeldi menyebutkan selama ini sektor yang menjadi penyumbang ekonomi di Ranah Minang yakni pariwisata dan UMKM, maka di tahun 2024 akan menyigi potensi yang ada di sektor-sektor lainnya.
"Jadi meski dua sektor itu menjadi sektor yang paling potensial, kami tetap fokus dalam mengembangkan sektor-sektor krusial selama ini seperti sektor pertanian, sektor jasa, hingga pendidikan. Termasuk juga sektor komunikasi, industri pengolahan, hingga pertambangan. Perlu dimaksimalkan," tegasnya, Minggu (17/3/2024).
Bahkan, Pemprov Sumbar juga turut meningkatkan ekspor dan memperluas pasar. Seperti halnya untuk bumbu rendang yang telah ekspor, namun baru di satu negara. Keberadaan rendang ini, mempunyai potensi yang besar terus ditingkatkan, namun seiring dengan itu pangsa pasar perlu diperluas.
Gubernur optimis bila ekspor rendang bisa terus digenjot, maka akan jadi sumber pertumbuhan ekonomi yang kuat bagi daerah, karena rendang merupakan makanan terlezat di dunia, yang artinya akan banyak negara minat dengan rendang.
"Kami mencatat untuk ekspor bumbu renang itu bisa satu hingga dua ton per bulannya, dengan pasar ke Eropa dan beberapa negara Timur Tengah. Nah, artinya hal ini ada potensi yang lebih besar untuk dikembangkan," ungkapnya.
Baca Juga
Mahyeldi mengakui bahwa untuk menggarap potensi itu, tidak bisa dilakukan oleh Pemprov Sumbar sepenuhnya, namun butuh sinergi semua pihak, terutama sekali dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul yang menjadi tantangan dalam pertumbuhan ekonomi daerah.
Gubernur menyampaikan bicara langkah dan strategi, sejauh ini Pemprov Sumbar telah menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk memaksimalkan pertumbuhan ekonomi pada 2024. Di mana sektor pariwisata dan UMKM memang menjadi dua titik sektor utama yang diharapkan mampu meningkatkan performa pertumbuhan.
"Untuk mewujudkan kini, kami mengaku membutuhkan peran dari Bank Indonesia, sehingga langkah yang diambil bisa tepat sasaran dan sesuai dengan harapan," sebut Mahyeldi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar, Endang Kurnia Saputra mengatakan pertumbuhan ekonomi Sumbar saat ini tercatat sebesar 4,62% dan terhitung masih berada di bawah garis merah. Melihat secara angka, maka belum dapat mencapai angka normalisasi seperti angka pertumbuhan di masa sebelum adanya pandemi Covid-19 melanda Sumbar.
"Banyak faktor yang mempengaruhi, tentu saja. Namun saat ini, daya saing beberapa sektor tampak cukup baik, tapi kinerjanya masih perlu didorong agar lebih meningkat," ujar pria yang akrab disapa Adang ini.
Dia memerinci, sektor dengan pertumbuhan tercepat di Sumbar saat ini adalah sektor jasa keuangan, akan tetapi sayangnya sektor ini tidak mempekerjakan cukup banyak orang. Di sisi lain, para pekerja justru paling banyak bertumpuk pada sektor dengan potensi tertinggi, tetapi dengan pertumbuhan yang relatif pelan, yaitu sektor pertanian, komunikasi, jasa pendidikan, dan perdagangan.
BI memperkirakan, Sumbar akan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,51% hingga 5,31%. Namun untuk mewujudkannya, setidaknya ada tiga hal yang dapat direkomendasikan, yaitu meningkatkan keterhubungan dan hilirisasi di sektor pertanian, melakukan akselerasi pada sektor-sektor produktif, serta mempercepat transisi sektor pariwisata menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.