Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Momen Natal di Medan, Pemuka Agama Ingatkan Kerukunan Umat di Tahun Politik

Perayaan Natal tahun ini di Kota Medan menjadi momentum untuk mempererat kerukunan umat di tengah kontestasi politik yang biasanya memiliki tensi tinggi.
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel/Bisnis-Delfi Rismayeti
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel/Bisnis-Delfi Rismayeti

Bisnis.com, MEDAN - Perayaan Natal tahun ini di Kota Medan menjadi momentum untuk mempererat kerukunan umat di tengah kontestasi politik yang biasanya memiliki tensi tinggi.

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel, salah satu gereja tertua di Kota Medan, misalnya, sepakat bahwa akhlak dan moral menjadi unsur yang harus dipedomani individu dalam menjalankan kehidupan.

Perayaan Natal di GPIB Immanuel Medan hari ini berlangsung hikmat di tengah cuaca yang sedikit mendung. 

Ratusan jemaat tampak hadir silih berganti merayakan kelahiran sang Juru Selamat, setelah menjalani masa penantian selama 4 pekan (Adven).

Hal ini yang kemudian ditanamkan terus Pendeta Semuel Karinda kepada Jemaat GPIB Immanuel Medan, salah satunya melalui Misa Natal yang digelar Senin (25/12/2023).

Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Medan itu mengatakan, tahun politik adalah masa yang rentan menimbulkan perpecahan antar umat maupun golongan.

Dia pun menyebut gereja sebagai simbol agama harus mampu memberi batasan yang jelas.

"Kami bertemu dengan Imam Masjid Agung Medan beberapa waktu lalu dan sepakat bahwa kami adalah representasi Kristen dan Islam. Kami mendukung dan mendoakan pemerintah agar bisa memimpin Sumut ini, khususnya, dengan baik dan benar. Namun, kami tidak boleh terlibat dalam urusan politik," kata Semuel kepada Bisnis, Senin (25/12/2023).

Dikatakan Semuel, sebagai pemimpin Jemaat, tugasnya dan pimpinan tokoh keagamaan lain hanya menyampaikan kaidah dan ajaran agama.

Partisipasi para tokoh misalnya dalam politik tentu diperlukan, namun hanya sebatas mitra, tidak menjadi bagian dalam politik praktis.

Dia turut menyinggung soal politik yang dibelit-belitkan dengan agama. Semuel menegaskan, baik gereja maupun agama tidak boleh berpolitik.

"Yang harus berpolitik adalah umat yang ada dalam agama itu, tentu dengan kaidah-kaidah iman yang diberikan agama," ujarnya.

Semuel juga mengatakan, siapapun tokoh politik bisa datang menemuinya atau mendatangi gereja. Namun dia menekankan, sambutannya kepada mereka ialah sebatas menjalankan tugas sebagai pemberi iman.

"Itu wujud partisipasi dan dukungan kami untuk pemerintahan ini ke depannya. Kita harus memberi kekuatan dari sisi etik dan moral kepada umat, supaya ketika mereka menyelenggarakan negara ini, mereka bisa melakukannya dengan baik. Jadi, kami hanya sebagai representasi agama. Gereja tidak boleh berpolitik. Agama juga tidak boleh berpolitik," tegas Semuel.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper