Bisnis.com, PALEMBANG - Perusahaan kontraktor tambang batu bara PT Manggala Usaha Manunggal (“Manggala”) menargetkan standar kompetensi menjadi ‘master’ dalam pemanfaatan alat berat berbasis listrik untuk sektor pertambangan.
Terkini, Manggala mulai mengoperasikan truk single trailer listrik 75 ton sebagai pijakan awal. Truk single trailer listrik tersebut dioperasikan pada jalan hauling batu bara, dimana ini merupakan kendaraan listrik pertama yang dioperasikan pada level produksi.
Anak usaha Titan Infra Energy Group itu pun telah melakukan feasibility study yang komprehensif dengan mempertimbangkan banyak faktor selama 1 tahun dan komite investasi Manggala menyatakan, bahwa investasi besar-besaran terhadap kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di wilayah kerja Titan di Sumatra Selatan akan menjadi investasi yang berpotensi memberikan benefit yang signifikan.
Selain mencerminkan komitmen akan aktivitas pertambangan yang lebih hijau dan berkelanjutan, pemanfaatan EV pun bakal berdampak positif bagi kinerja keuangan perusahaan dalam beberapa tahun ke depan.
Chief Executive Officer Manggala, Dwi Hartanto, menjelaskan keputusan berinvestasi pada EV pun pada dasarnya merupakan strategi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage) sehingga perseroan mampu menjadi kekuatan baru atau “cahaya baru” dari kian ketatnya kompetisi di bidang tambang emas hitam. Terlebih, Manggala baru saja pulih dari masa keterpurukan selama era endemik.
“Saat kami kerja keras buat recovery melalui beberapa strategi turn around yang kami lakukan, ternyata sudah banyak kompetitor yang pulih lebih cepat. Mereka jadi benar-benar bisa mengoptimalkan potensi era 2021-2022, ketika harga batu bara sedang naik signifikan. Berdasarkan evaluasi SWOT yang kami lakukan, kami memiliki PR [pekerjaan rumah] yang besar untuk dapat bersaing mendapatkan proyek baru ke depan. Oleh sebab itu, kami melakukan perencanaan dan research pembuatan inovasi dan punya keunikan tersendiri. Pemanfaatan EV jadi jawabannya,” ujar pria yang akrab disapa Tanto ini dalam wawancara khusus bersama Bisnis baru-baru ini.
Baca Juga
Tanto menggambarkan bahwa truk listrik sebagai bagian dari kegiatan coal hauling yang notabene masih termasuk dalam lini produksi, bukanlah sesuatu yang mudah direalisasikan. Tak heran, belum ada pemain di Indonesia yang mencobanya.
Kebanyakan pelaku usaha tambang masih menganggap kekuatan dan efektivitas truk listrik belum kompatibel dengan kondisi adanya keterbatasan infrastruktur pendukung berupa power listrik di Indonesia, khususnya di wilayah pertambangan yang sebagian besar adalah remote area yang terbilang ekstrem.
Kondisi lain yang menjadi keraguan untuk memulai EV adalah faktor cuaca, dimana tingkat hujan relatif tinggi, sehingga kekhawatiran akan potensi bahaya dari air terhadap kekuatan baterai menjadi anggapan risiko yang sangat besar.
“Banyak yang bilang impossible, tapi kami memiliki core values atau mentalitas-mentalitas dasar, salah satunya adalah “think better ways” yang terefleksikan menjadi perilaku pantang menyerah untuk selalu mencari solusi dan adaptif. Kami belajar langsung sampai ke China, studi banding ke pabrikan dan juga mempelajari operasional di beberapa tambang yang sudah menggunakan EV. Ternyata, pertambangan di sana sudah sekitar 8 tahun full beroperasi menggunakan EV, bahkan untuk alat-alat berat di kegiatan overburden dan coal getting di site. Bayangkan, artinya Indonesia ini termasuk tertinggal dari sisi teknologi. Jadi kami semakin mantap memutuskan akan mengarah ke sana, sekaligus berambisi menjadi yang pertama dan terbaik di Indonesia,” jelas Tanto.
Riset Manggala terhadap pemanfaatan truk listrik untuk operasional tambang telah berlangsung selama setahun belakangan. Terkini, sebanyak dua unit truk listrik asal pabrikan China dengan tenaga 350 kilowatt-hour (KwH) dan trailer berkapasitas 75 ton telah beroperasi penuh untuk mengangkut batu bara di sepanjang jalan khusus milik Grup Titan di Sumatra Selatan. Hal itu terealisasi sejak pertengahan Oktober 2023.
Manggala pun tengah memesan 10 unit truk listrik dengan kapasitas baterai 423 KwH lagi agar segera beroperasi dalam waktu dekat. Selanjutnya, Manggala memiliki target bisa mengoperasikan 200 truk listrik pada akhir 2025, dengan pemesanan bertahap dalam 4 batch atau masing-masing 50 unit.
Tanto menekankan pihaknya telah membuktikan sendiri bahwa berbagai stigma yang selama ini melekat terhadap truk listrik sebenarnya tak sepenuhnya benar. Misalnya, produktivitas berkurang karena pengisian baterai memakan waktu lama, tidak kuat di jalan yang belum rata, atau cepat rusak di tengah cuaca ekstrem Indonesia.
“Kami telah membuktikan bahwa dengan strategi-strategi khusus, produktivitas tidak turun ketika beralih ke truk listrik. Makanya, kami sangat yakin dan tidak ada ketakutan sama sekali. Setelah evaluasi hasil dari operasi, dimana hasilnya sesuai dengan projection dan KPI, maka sangat mudah bagi kami untuk membuat keputusan secara penuh berinvestasi ke alat berat berbasis EV dalam beberapa tahun ke depan, dan menetapkan target menjadi yang terbaik dalam mengoptimalkan EV,” ungkapnya.
PELUANG
Tanto mengakui bahwa peralihan dari truk pengangkutan konvensional ke truk berbasis EV memang akan menelan investasi jumbo pada awalnya, terutama dalam rangka menekan gap infrastruktur dan gap sumber daya manusia (SDM). Harganya pun lebih mahal sekitar 40% ketimbang harga truk konvensional sejenis.
Namun, ketika 200 truk listrik tersebut telah beroperasi secara penuh pada tahun ketiga nanti, Manggala memperkirakan terdapat tren penghematan biaya operasional hingga kisaran Rp160 miliar atau 18% per tahun, ketimbang apabila memutuskan terus bertahan menggunakan truk pengangkutan konvensional.
“Tantangannya, kami harus memastikan operator dan mekanik meningkatkan kompetensi mengoperasionalkan EV. Selain itu, infrastruktur pengisian baterai memang mahal, karena bukan hanya tarik kabel dan bikin charger saja, harus mempersiapkan lokasi untuk bangunan yang cukup luas di beberapa titik. Manggala mendapatkan keuntungan secara demografi karena Sumatra Selatan khususnya di wilayah pertambangan Titan telah beroperasi listrik PLN, bahkan terbilang oversupply seiring dengan mulai beroperasinya beberapa PLTU PLN. Artinya, kami tidak perlu membangun pembangkit sendiri, justru kami ikut membantu memanfaatkan produk berupa listrik negara tersebut secara optimal,” jelasnya.
Ke depan, Manggala berencana terus menambah jumlah unit truk listrik, disesuaikan dengan permintaan klien eksisting dan menetapkan target mendapatkan kepercayaan mengelola 50% dari total sekitar 1.000 potensi truk yang akan terus meningkat seiring dengan peningkatan produksi klien.
Manggala menetapkan target untuk dapat menjaga physical availability truk listrik dengan maintenance yang proper supaya truk tersebut dapat beroperasi dengan maksimal dalam lima tahun.
Selain truk listrik, Manggala juga tengah menimbang untuk mulai mempergunakan alat berat listrik untuk site pertambangan. Jenis heavy dump truck listrik menjadi yang paling memungkinkan.
Namun, Manggala belum akan memulainya dalam waktu dekat, menilik masih ada hambatan gap teknologi dan gap infrastruktur yang perlu dicarikan solusinya.
“Status bahwa EV membuat operasional menjadi lebih hijau, adalah bentuk bakti kami bagi negeri dengan berpartisipasi memperbaiki kualitas udara dari emisi. Walaupun tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kinerja keuangan perusahaan melalui strategi cost leadership, namun bonus atau hal baik dari pemanfaatan teknologi EV adalah menjaga iklim lingkungan, ikut mencerdaskan bangsa untuk bisa catch up kemajuan teknologi dengan dunia luar lewat komitmen kami menjadi pionir di bidang ini dengan cara memberikan edukasi meningkatkan kompetensi,” tuturnya.
Christopher - Project Manager EV menjelaskan bahwa Grup Titan mendukung penuh strategi ini karena sekaligus bagian realisasi upaya net zero emission entitas grup. Terlebih, usaha pertambangan menjadi salah satu sektor yang menjadi sorotan pemerintah agar semakin serius dalam upaya pengurangan emisi.
“Kami memantapkan hati memaksimalkan EV, salah satunya untuk turut memberikan kontribusi kepada negara dalam rangka target pengurangan emisi. Sebagai gambaran, satu truk kami itu jarak tempuhnya selama setahun setara 12 kali bolak-balik dari bumi ke bulan. Jadi kalau kami bisa mengurangi pembakaran solar dengan beralih ke EV sebanyak 200 unit truk, ada pengurangan emisi CO2 hingga 8.387 metrik ton per tahun,” jelas Christopher.
Manggala menilai bahwa dengan manfaat tersebut, ditambah potensi peningkatan pendapatan, penghematan biaya operasional, mitigasi risiko terkait fluktuasi harga BBM ke depan.
“Hingga strategi pemanfaatan unit kembali setelah masa pakai lima tahun, maka seluruh investasi yang dikeluarkan terbilang worth it dan sangat layak dikembangkan.”
Manggala akan hadir di tahun depan dengan pencapaian menaklukkan “kerasnya” overburden removal dengan heavy equipment EV.