Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PT Servo Lintas Raya Kurangi Volume Batu Bara di Intermediate Stockpile KM 36

Berbagai upaya telah dilakukan oleh SLR, antara lain penyiraman area dan pendirian dust net di lokasi terbaik sehingga menghalangi debu ke arah pemukiman warga.
Intermediate stockpile (IS) atau area penampungan batu bara di kilometer 36 milik PT Servo Lintas Raya (SLR)./Istimewa
Intermediate stockpile (IS) atau area penampungan batu bara di kilometer 36 milik PT Servo Lintas Raya (SLR)./Istimewa

Bisnis.com, MUARA ENIM – PT Servo Lintas Raya (SLR), perusahaan jasa logistik batu bara di Sumatra Selatan, melakukan pembenahan dengan meminimalisasi dampak lingkungan atas beroperasinya jalur angkutan batu bara, terutama mengantisipasi musim kemarau yang segera datang dari gangguan debu, baik yang berasal dari jalan maupun dari intermediate stockpile (IS) atau area penampungan batu bara di kilometer 36.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh SLR di IS 36 tersebut, antara lain penyiraman area dan pendirian dinding penyaring debu (dust net) di lokasi terbaik sehingga menghalangi debu ke arah pemukiman warga.

Oleh karena dirasakan cukup efektif, maka dalam waktu dekat anak usaha Titan Infra Energy Group itu akan menambah lagi pendirian dinding penyaring debu secara berkelanjutan, serta meninggikan dan memperpanjang jaring pengaman debu yang sudah ada di stockpile tersebut.

SLR juga bermaksud menambahkan fasilitas water gun dan penyemprot air yang berputar atau sprinkle untuk membasahi area.

Selain itu, mulai tahun ini perusahaan akan mengurangi beban atau volume batu bara yang akan mampir di stockpile 36 secara bertahap hingga tinggal separuhnya.

Menurut Darwan Siregar, Direktur Utama Titan Infra Energy Group, yang merupakan induk perusahaan (holding) SLR, upaya pengurangan tumpukan batu bara, memperbesar dust net hingga pemasangan water gun, dilakukan semata demi mengurangi dampak lingkungan secara signifikan.

“Kami akan kurangi volume batu bara di situ secara bertahap hingga 50%, kami berkoordinasi dengan semua IUP [izin usaha pertambangan] pengguna dalam hal ini,” ujar Darwan.

Meski demikian, IS 36 tetap akan berfungsi sebagai bagian dari aset produktif perusahaan, di mana fasilitas ini telah dilengkapi dengan sistem informasi logistik modern, sarana prasarana pendukung, serta konstruksi permanen, seperti hoper dan crusher atau alat pemecah batu bara. Semua merupakan bagian penting bagi daya dukung demi kelangsungan usaha SLR.

Namun, dalam rangka mendukung upaya pelestarian lingkungan, perusahaan memastikan bahwa penggunaan stockpile tersebut akan dikurangi secara bertahap dengan dibarengi peningkatan efisiensi sistem logistik yang lebih akurat dan tepat waktu.

Darwan mengakui, upaya SLR itu merupakan bentuk respons positif perusahaan atas keluhan masyarakat di sekitar IS 36. “Karena perusahaan adalah bagian dari sistem perekonomian, lingkungan, dan masyarakat yang hidup berdampingan,” tegas Darwan.

Dalam pembangunan, pemeliharaan infrastruktur, serta operasional perusahaan, SLR selalu memprioritaskan tenaga kerja lokal dan perusahaan setempat, seperti yang selalu dilaporkan selama ini.

“Prinsipnya, local job for local boy, hal ini kami paparkan secara rutin kepada DPRD kabupaten dan provinsi bagaimana komposisi tenaga kerja perusahaan, dan kami selalu terbuka untuk masukan-masukan positif, karena semangat kita adalah sama dalam hal ini” tambah Darwan.

Efisiensi Usaha adalah Kunci

Pengangkutan batu bara tanpa harus singgah dan bongkar muat di IS 36 tentu akan jauh lebih efisien bagi perusahaan tambang. “Sudah saatnya diterapkan sistem supply chain yang ketat dan timely,” ungkap purnawirawan berbintang dua ini.

Di tengah harga batu bara yang menukik cukup tajam belakangan ini, tentu efisiensi usaha menjadi kata kunci bagi kelangsungan usaha. Sekadar informasi, harga batu bara di sepanjang tahun ini terkoreksi cukup dalam, yakni sebesar 20,08% dibandingkan dengan harga rerata di tahun lalu.

“Industri logistik batu bara saat ini sedang mengalami tantangan yang cukup berat, baik karena regulasi pemerintah dalam hal DHE  [devisa hasil ekspor] yang menahan dana hasil ekspor 100% selama setahun, kewajiban menggunakan harga acuan, serta yang terbaru adalah kenaikan angka royalti, dimana semua itu terjadi di tengah turunnya harga batu bara yang diprediksi terus berlangsung hingga beberapa tahun ke depan,” jelas Darwan.

Dengan berbagai langkah ini, diharapkan SLR akan beroperasi lebih efisien sesuai tuntutan situasi dan dapat membangun iklim usaha yang berkelanjutan.

Darwan memastikan pihaknya akan terus melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan dan pimpinan daerah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Muara Enim, maupun Lahat, untuk secara bersama-sama menjaga iklim usaha yang kondusif demi perkembangan perekonomian dan masyarakat daerah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : Herdiyan

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper