Bisnis.com, PALEMBANG – Bermodal pengetahuan dari buku tidak lantas menghambat tangan sosok Choirul Bahri berinovasi. Kenyataannya, buah belimbing wuluh telah disulap menjadi cairan enzim yang memiliki utilitas terhadap kehidupan.
Bahkan, terobosan baru dan pertama di Kota Palembang itu menjadi senjata ampuh masyarakat Kampung Pangan, Kelurahan Plaju Ulu, untuk mengurangi bau yang muncul dari hasil limbah produksi tempe.
Eksperimen pembuatan cairan enzim dimulai Bahri pada 2021 dengan memanfaatkan banyaknya belimbing wuluh yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Memang, diakuinya, keberadaan belimbing wuluh pada saat itu tidak terlalu dilirik orang dan banyak yang terbuang sia-sia.
Pria 45 tahun itu menceritakan, proses pembuatan enzim memakan waktu yang cukup lama, yakni sekitar enam bulan. Dalam satu kali produksi (per enam bulan) bisa menghasilkan cairan enzim sekitar 100 liter.
“Prosesnya mulai dari pemetikan buah, lalu dibersihkan dengan alat yang tidak mengandung bahan logam, baru setelahnya dimasukkan ke dalam ember besar yang ditutup rapat sampai enam bulan,” jelasnya.
Setelah melalui uji laboratorium, pada awal 2022 cairan enzim sudah mulai dipasarkan dan disebut Bahri dapat digunakan untuk kesehatan, seperti penyakit diabetes hingga kanker serviks.
Baca Juga
Barulah pada pertengahan tahun, cairan enzim milik Bahri diminta PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) untuk diuji kembali dan digunakan untuk mengurangi bau limbah tempe.
“Di dalam limbah tempe itu ada berbagai bakteri jahat. Setelah diuji coba ternyata enzim ini bisa menghambat pertumbuhan bakteri itu dan mengurangi bau limbah tempe yang pekat,” bebernya.
Tidak hanya inovatif, tentu pria bertitel Local Hero Pertamina itu melirik keuntungan dari hasil karyanya. Terbukti, produk cairan enzim itu telah dipasarkan dan memiliki jumlah permintaan yang cukup besar. Hanya saja, saat ini, Bahri belum bisa menjangkau untuk pasar ekspor lantaran jumlah produksi yang masih terbatas.
Salah satu pengrajin tempe di Plaju Ulu, Achmad mengakui telah menggunakan cairan enzim belimbing wuluh untuk dimasukkan ke dalam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) produksi tempe. Menurutnya, cairan itu terbukti mampu menghilangkan bau tidak sedap yang selama ini muncul.
“Takarannya itu satu hari menuangkan satu botol enzim. Dan hasilnya cukup terasa,” katanya.
Achmad sendiri menyebut, enzim menjadi salah satu bantuan lanjutan yang diberikan Pertamina setelah sebelumnya telah dilakukan pembangunan IPAL untuk para pengrajin tempe pada tahun 2021.
“Ada juga membantu dalam gerakan mandiri pangan, budidaya lele dalam ember. Juga ada pemasangan solar cell untuk keberlangsungan operasional IPAL ini,” imbuhnya.
Energi untuk Masyarakat
Sejalan dengan peran sebagai perusahaan energi, Pertamina melalui KPI tentu sangat mendorong berbagai hal yang inovatif dan memiliki kemaslahatan bagi masyarakat banyak.
Komitmen itu, salah satunya, ditunjukkan oleh KPI RU III Plaju yang memberikan fasilitas terhadap pengembangan penemuan Choirul Bahri berupa cairan enzym itu. Sejak awal, KPI RU III Plaju memberikan fasilitas mulai dari uji coba laboratorium, kepemilikan produk hingga persoalan mengenai izin usaha dan BPOM.
Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI RU III Plaju, Siti Rachmi Indahsari berharap kehadiran produk enzim itu bisa menjadi inovasi dan usaha yang berkelanjutan serta berdaya guna.
Tentunya, impian itu harus disokong dengan berbagai hal, misalnya ketersediaan bahan baku yang terjaga dan konsistensi dari produsen.
“Untuk itu, kami (Pertamina) mengajak semua unsur masyarakat agar tetap menjaga tanaman belimbing wuluh, sehingga suplai untuk proses pembuatan enzim terjaga,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang Ahmad Mustain mengatakan, olahan belimbing wuluh menjadi cairan enzim ini sepatutnya menjadi sampel bagi masyarakat pelaku industri rumah tangga untuk memperhatikan pengelolaan limbah yang dihasilkan.
Mustain menyebut inovasi enzim ini menjadi hal penting dan patut mendapat apresiasi karena dapat membantu mengurai limbah industri dan mengurangi beban pencemaran lingkungan masyarakat, seperti di industri tempe tersebut.
“Tentunya sangat baik karena dapat bermanfaat, utamanya bagi kelangsungan lingkungan masyarakat sekitar industri tempe,” tegasnya.