Bisnis.com, PALEMBANG — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Sumatra Selatan terus mendorong upaya kesetaraan dalam hak pekerja perempuan di industri sawit wilayah tersebut.
Ketua GAPKI Cabang Sumatra Selatan (Sumsel) Alex Sugiarto mengatakan industri perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari keterlibatan perempuan.
Menurutnya, dari jumlah 16,2 juta pekerja sawit di Indonesia, perempuan menyumbangkan peran signifikan dari rantai produksi mulai dari hulu hingga ke hilir.
“Kalau di Sumsel saat ini mungkin sekitar 25 sampai 30% dari pekerja di industri sawit itu perempuan,” ujarnya usai kegiatan seminar perlindungan pekerja perempuan di perkebunan kelapa sawit di Hotel The Alts, Palembang, Rabu (30/7/2025).
Namun demikian, beberapa isu seperti jam kerja, jaminan fasilitas kesehatan, cuti haid dan melahirkan, jaminan sosial, relasi gender dan sebagainya terhadap perempuan masih mengemuka dalam industri tersebut.
Oleh karena itu, dia mengatakan, diperlukan adanya kolaborasi dari berbagai pihak untuk menjamin hak-hak yang setara bagi perempuan, sekaligus mendorong keberlanjutan industri sawit Sumsel yang lebih positif.
Baca Juga
“Kita (Gapki) di Sumsel mendukung program kesetaraan gender. Makanya kami juga mendukung sebelumnya dilakukan riset untuk buku panduan tentang Perempuan Ramah Sawit,” jelasnya.
Alex juga menyebutkan Gapki Sumsel yang saat ini telah beranggotakan 77 perusahaan sawit telah memperhatikan hak-hak perempuan yang sama rata mulai dari penggajian, hak cuti yang sesuai perundang-undangan maupun kepastian jaminan sosial.
Sehingga, apa yang didapatkan oleh para pekerja laki—laki juga diterima para pekerja perempuan.
“Memang kalau untuk target (persentase) pekerja perempuan kita nggak ada, tapi kita membuka seluas-luasnya kesempatan yang sama untuk perempuan,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan sawit sebagai salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi tidak bisa ditanam di semua negara.
Oleh karena itu, menurutnya, Sumsel yang memiliki luasan perkebunan sawit mencapai kisaran 1,5 juta hektare patut bersyukur dan mendorong untuk pengembangan lebih lanjut.
“Ada 179 varian produk yang bisa dihasilkan dari hilirisasasi sawit, bukan sekadar menjadi bahan bakar, atau minyak goreng saja,” katanya.
Dengan demikian, dia berharap dorongan untuk kesetaraan gender dalam industri sawit juga tidak hanya menjadi sebuah diskusi. Tetapi juga aksi nyata yang juga berdampak pada kemajuan industri sawit.
“Jadi dari seminar jangan sampai jadi FGD (forum group discussion), FGD jadi rapat, kapan aksinya,” pungkasnya.