Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Sumsel Masih Surplus, Tapi Patut Waspada Hal Ini

Secara keseluruhan neraca perdagangan Sumsel masih mengalami surplus dengan nilai sampai dengan September ini sebesar US$197,11 juta
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, PALEMBANG -- Kondisi neraca perdagangan di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) secara akumulatif hingga kuartal III (Januari-September 2023) tercatat masih mengalami surplus sebesar US$3,80 miliar. 

Kepala BDK Palembang Denny Handoyo Supriatman mengatakan angka neraca perdagangan itu disumbangkan dari nilai ekspor hingga September 2023 ini sebesar US$4,9 miliar dan impor sebesar US$1,1 miliar. 

"Sehingga secara keseluruhan neraca perdagangan Sumsel masih mengalami surplus dengan nilai sampai dengan September ini sebesar US$197,11 juta," kata Denny, Senin (30/10/2023). 

Dia menjelaskan ekspor Sumsel masih didominasi oleh Batubara, Pulp dan Karet dengan devisa ekspor batubara tercatat sebesar US$2,1 miliar. Sementara dari sisi impor, Provinsi Sumsel masih disokong oleh mesin dan generator dan mencatatkan devisa impor mesin sebesar US$0,3 miliar. 

Menurut Denny, kondisi surplus itu juga sejalan dengan kondisi perekonomian Sumsel yang masih terjaga dengan baik. Hal itu terindikasi dari beberapa indikator diantaranya kegiatan konsumsi, produksi dan investasi yang masih berada di tren positif. 

"Kalau dilihat dari indikator konsumsi bisa melihat dari tigal seperti indeks keyakinan konsumen atau IKK Sumsel berada di level optimis yakni 143,9% dan selanjutnya juga dari sisi kredit konsumen yang sampai dengan Kuartal III ini terus merangkak naik hingga mencapai Rp43,10 triliun," bebernya. 

Adapun dilihat dari indikator produksi dan investasi yang memiliki tiga sub penilaian yakni impor bahan baku dan penolong, kredit modal kerja dan investasi, serta impor barang modal. Ketiganya sama-sama menunjukkan grafik yang positif, bahkan meningkat. 

Namun demikian, Denny menegaskan terdapat hal yang patut menjadi peringatan bagi Sumsel terkait kondisi komoditas unggulan yang juga berpengaruh pada neraca perdagangan. 

Salah satunya yakni tren penurunan ekspor ditengah berangsur normalnya harga komoditas unggulan. "Setelah sempat mencatat era emas di tahun sebelumnya atau tepatnya di masa pandemi, saat ini sudah berangsur normal dan tren menurun," kata Denny. 

Dia menerangkan kondisi tersebut sudah mulai berdampak dengan melihat kondisi ekspor di Sumsel secara year on year yang kontraksi -40,92%. (K64) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper