Bisnis.com, BATAM - Selain terkenal dengan pariwisatanya, Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) juga kaya akan hasil laut yang melimpah, contohnya cumi.
Salah satu desa di Anambas, Desa Air Bini, Kecamatan Siantan Selantan mampu mengoptimalkan potensi cumi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, serta membuka lapangan pekerjaan. Makanya saat ini desa tersebut juga dikenal sebagai Kampung Cumi.
Penggerak Kampung Cumi, Junaidi mengatakan mayoritas warga desa bermata pencaharian sebagai nelayan bagan penangkap cumi.
"Jadi kami mulai menangkap cumi sejak 2011 lalu. Sebelumnya, banyak warga kami yang jadi pekerja senso atau pemotong kayu dan pencari getah karet. Sekarang mereka nangkap cumi. Awalnya desa ini tidak terkenal, tapi lambat laun bisa dipopulerkan sebagai Kampung Cumi," katanya kepada Bisnis.com melalui sambungan telepon, Selasa (24/10/2023).
Cumi yang hidup di sekitar perairan dekat Desa Air Bini cukup beragam, dan jenis yang paling sering ditangkap nelayan yakni cumi jarum, cumi kodok, cumi torak, dan cumi panjang. Kadangkala, banyak juga cumi yang datang untuk bertelur di sekitar perairan desa.
"Ekosistem di perairan sekitar desa mendukung cumi untuk bertelur. Ketika Januari pas musim angin utara, cumi bertelur, lalu kami panen itu pada Mei, Juni dan Juli," ungkapnya.
Baca Juga
Nelayan cumi di Desa Air Bini menggunakan bagan apung dengan kedalaman sekitar 15 meter, yang ditarik pakai pompong ketika menangkap cumi.
"Kami menangkapnya waktu bulan gelap, kalau bulan terang tidak bisa karena bagan apung kelihatan. Karena kami ikut Kalender Hijriah ketika nangkap cumi, maka kami istirahat di tanggal 13,14,16, dan 17 tiap bulan saat bulan terang. Kadang juga tergantung cuaca, kalau musim utara kami tak bisa melaut," katanya lagi.
Desa Air Bini konsisten menjadikan cumi sebagai mata pencaharian utama selama 12 tahun terakhir, dan hasil tersebut membawa dampak positif bagi perekonomian warga setempat.
"Usaha ini dirintis oleh rakyat dan menjadi milik rakyat. Alhamdulillah sudah nampak progresnya, karena kami masuk sebagai salah satu dari 3 desa dengan perekonomian termaju di Anambas. Dulu pas karet tak laku, cumi datang. Sekarang rumah-rumah kami sudah bagus, banyak yang punya Honda (sepeda motor), dan anak-anak bisa disekolahkan ke luar Anambas," paparnya.
Desa Air Bini juga dua kali mendapat penghargaan dari pemerintah pusat, yakni dari Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono di 2014, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya di 2015.
Junaidi mengungkapkan untuk pemasaran cumi tidak sulit, karena selalu ada pembeli yang datang ke Desa Air Bini.
"Banyak yang datang dari Batam, Palembang, Kalimantan dan lainnya yang datang beli cumi. Cumi kami ini sudah tembus pasar lokal. Bahkan kami pernah diajak sharing knowledge hingga ke Maluku tentang pengelolaan hasil laut," jelasnya.
Sebelum cumi, warga lokal sempat mencoba membudidayakan ikan kerapu, namun tidak berhasil. "Ikan kerapu tidak bisa jalan, pemasarannya sulit, bibitnya juga sudah didapat," imbuhnya.
Saat ini, nelayan cumi di Desa Air Bini juga banyak mendapat bantuan dari perusahaan industri hulu migas, seperti Star Energy (Kakap) Ltd. "Mereka banyak membantu kami. Dulu pernah membantu kami buat bagan sekitar 2,5 unit. Sekarang kami sudah punya 45 bagan. Lalu pernah juga dibantu pelihara ikan kerapu. Selain itu, banyak yang sudah mereka berikan. Kami berharap dukungan mereka terus berlanjut untuk kemajuan masyarakat di desa ini," harapnya.
Sementara itu Kepala SKK Migas Perwakilan Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus mengatakan bahwa pihaknnya dan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKK) hulu migas di Anambas akan terus fokus mengenai pengembangan di sejumlah sektor kehidupan masyarakat.
"Lewat Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), kami ingin ada pembangunan infrastruktur, serta di sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi serta lingkungan. Jadi PPM ini (bantuan untuk Kampung Cumi) memberikan pencitraan positif, bahwa industri hulu migas juga peduli dengan kehidupan masyarakat," ungkapnya.
Terpisah Sekretaris Dinas Pertanian Perikanan dan Peternanan (DP3) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Anambas Arcan Iskandar sangat mengapresiasi program Kampung Cumi yang didukung oleh industri hulu migas di Desa Air Bini.
"Program ini telah menjadi inisiatif yang berdampak positif dalam pengembangan desa tersebut. Di Desa Air Bini, terdapat dua kelompok pengolah dan pemasar ikan (poklahsar), yang masing-masing beranggotakan 10 orang, sehingga totalnya ada 20 pengolah dan hasil perikanan khususnya cumi yang terlibat dalam program ini.
Keberadaan program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi para peserta, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, peningkatan pengetahuan, dan pembangunan komunitas yang lebih berkelanjutan di wilayah tersebut.
"Dalam konteks dukungan dari industri hulu migas, hal ini juga mencerminkan sinergi antara sektor swasta dan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan di Anambas," tuturnya.
Selain itu, Pemkab Anambas juga melihat Program Kampung Cumi, yang didukung oleh industri hulu migas di Desa Air Bini sebagai langkah tepat dalam meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat setempat.
"Program ini tidak hanya fokus pada pengembangan usaha perikanan cumi-cumi, tetapi juga memberikan pelatihan dan pendampingan dalam hal manajemen bisnis, keberlanjutan lingkungan, dan keamanan kerja, sehingga memberikan nilai tambah bagi para peserta," tuturnya.
Arcan juga menyebut program ini menjadi salah satu contoh bagaimana sektor industri hulu migas dapat berkontribusi dalam program sosial dan lingkungan di komunitas sekitar, yang sesuai dengan prinsip tanggung jawab sosial perusahaan.
Konten ini merupakan bagian dari pemberitaan Program Jelajah Migas Sumbagut Wilayah Kepulauan Riau yang didukung oleh SKK Migas Wilayah Sumbagut, Medco E&P Natuna, Harbour Energy, Star Energy (Kakap) Ltd., West Natuna Exploration Ltd. dan KUFPEC Indonesia Anambas B.V.