Bisnis.com, BATAM – Desa Candi dan desa-desa lainnya di Kepulauan Anambas masyhur sebagai sentra budi daya ikan kerapu. Tak heran jika saat ini budi daya ikan yang bernilai jual tinggi itu menjadi mata pencarian primadona masyarakat di wilayah pesisir tersebut.
Berlatarbelakang itulah Medco E&P Natuna Ltd (Medco E&P) bersama warga Desa Candi didukung oleh SKK Migas melalui program pemberdayaan masyarakat mengembangkan budi daya ikan kerapu. Usaha budi daya ikan kerapu di Anambas secara umum telah menembus pasar ekspor hingga ke Hong Kong. Usaha budi daya ikan kerapu ini juga mampu membuka lapangan pekerjaan serta berhasil meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa di Kepulauan Anambas secara umum.
“Program ini berawal dari kajian Institut Pertanian Bogor. Kemudian, kami mendirikan keramba jaring apung di laut. Setelah itu, kami mulai budi daya di darat, tepatnya di Desa Candi lewat balai budi daya ikan," ujar Community Development Specialist Medco E&P Natuna Ltd Fahmi Abdillah, Selasa (17/10/2023).
Menurut Fahmi, program ini telah berjalan selama 10 tahun. “Pembudi daya mendatangkan bibit dari Batam dan wilayah lain, lalu dibesarkan hingga ukuran tertentu di keramba masing-masing. Saya buat perbandingan di Jawa Barat, masyarakatnya menggunakan ternak jadi tabungan, disini, uang sedikit bisa untuk beli bibit ikan, lalu dideder hingga siap panen,” ungkapnya.
Pasar ikan kerapu terbilang luas. Bahkan, ikan ini menjadi incaran kapal-kapal dari Hongkong yang rutin masuk ke Kepulauan Anambas. Kapal-kapal itu membeli ikan kerapu dari para pembudi daya di kepulauan tersebut. Nilai ikan kerapu dihitung berdasarkan ukuran.
“Hitungan duitnya per centimeter, jadi lumayan buat peningkatan ekonomi masyarakat."
Baca Juga
Saat program budi daya dimulai, Medco E&P mendatangkan lembaga swadaya untuk mendampingi Masyarakat. Menurut Fahmi, lembaga ini mendampingi dan mengedukasi para pembudi daya terkait pembukuan sehingga mereka memiliki kemampuan manajerial dan pembukuan yang baik.
“Mulai 2022, Medco E&P mendorong kelompok pembudi daya ini jadi kelompok mandiri dalam mengurusi pembukuan dan manajemen anggaran rumah tangga. Karena sudah mandiri dan solid, banyak orang tertarik untuk bergabung,” paparnya.
Saat ini, para pembudi daya ikan kerapu di Anambas sedang berjuang untuk menghasilkan bibit hasil pemijahan yang bisa bertahan hidup lebih lama. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan bibit dari luar. “Jika ini berhasil akan sangat menguntungkan secara finansial karena pembudi daya tidak perlu lagi mendatangkan bibit dari luar Anambas.”
Peningkatan Pendapatan
Sementara itu Kepala Desa Candi Suparman mengatakan dalam setahun ada empat kali pengiriman bibit ikan kerapu ke desanya. "Dalam dua kali pengiriman ada 6.000 bibit ikan ukuran 6 cm. Dalam setahun ini, sudah empat kali pengiriman. Sebenarnya ingin lebih, tapi Anambas itu wilayah kepulauan, sehingga aksesnya terbatas," ungkapnya.
Suparman yang juga pembina kegiatan budi daya ini menambahkan ada dua kegiatan utama, yakni pemijahan atau membesarkan bibit ikan serta pendederan atau membesarkan ikan. "Kendala yang sering kami hadapi pada proses pendederan yakni, air pasang surut dan cuaca kurang bagus akan mempengaruhi bibit," kata dia.
Ia sangat bersyukur hingga saat ini Medco E&P tetap mendampingi nelayan pembudidaya ikan kerapu. "Ini terkait soal peningkatan ekonomi, dimana pendapatan masyarakat mengalami peningkatan. Saat ini, hasil budidaya tersebut sudah sangat terasa,” ujarnya.
Suparman menuturkan dalam sekali transaksi pembelian bibit bisa mencapai puluhan juta rupiah. "Dana tersebut patungan dari masyarakat, ada yang menyumbang Rp 3 juta, Rp 4 juta dan lainnya. Hasil dari modal tersebut yakni keuntungan dinikmati bersama" terangnya.
Tak heran jika budi daya ikan kerapu ini telah mengangkat derajat perekonomian masyarakat Desa Candi. "Jika program ini terganggu, maka akan sulit bagi kami, misalnya ketika mencari bibit dan susah untuk mengirim ikan ke kapal-kapal besar. Saat ini, kami berusaha untuk proses pemijahan, agar bisa membesarkan bibit ikan milik sendiri," pungkasnya. (K65)
Konten ini merupakan bagian dari pemberitaan Program Jelajah Migas Sumbagut Wilayah Kepulauan Riau yang didukung oleh SKK Migas Wilayah Sumbagut, Medco E&P Natuna, Harbour Energy, Star Energy (Kakap) Ltd., West Natuna Exploration Ltd. dan KUFPEC Indonesia Anambas B.V.