Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah Abu Hanifah, Pekerja Migas yang Mengabdikan Diri untuk Masyarakat Anambas

Abu yang menjabat sebagai Community Development (Comdev) Officer Harbour Energy telah terjun di dunia migas sejak tahun 2008.
Kesempatan bekerja di perusahaan minyak dan gas (migas) sekaliber Harbour Energy benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Abu Hanifah untuk berkontribusi kepada kehidupan Masyarakat Anambas.
Kesempatan bekerja di perusahaan minyak dan gas (migas) sekaliber Harbour Energy benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Abu Hanifah untuk berkontribusi kepada kehidupan Masyarakat Anambas.

Bisnis.com, BATAM - Kesempatan bekerja di perusahaan minyak dan gas (migas) sekaliber Harbour Energy benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Abu Hanifah untuk berkontribusi kepada kehidupan Masyarakat Anambas. 

Abu yang menjabat sebagai Community Development (Comdev) Officer Harbour Energy telah terjun di dunia migas sejak tahun 2008. Sebelumnya, ia merupakan seorang peneliti bidang kelautan untuk salah satu Non-Government Organisation (NGO) di Natuna.

Selama masa baktinya, ia sangat aktif membela para nelayan di kepulauan yang menjadi perbatasan Indonesia dengan dunia internasional tersebut.

"Jadi dulu banyak kapal-kapal nelayan dari Thailand di Anambas, bahkan ada kantor perwakilannya di Anambas. Hal itu mengganggu kelangsungan hidup nelayan lokal. Kemudian, saya konsolidasi dulu dengan nelayan di Anambas, baru kemudian mendirikan Komunitas Nelayan Anambas," katanya kepada Bisnis.com lewat sambungan telepon, Jumat (13/10/2023).

Komunitas tersebut aktif melakukan gerakan perlawanan terhadap keberadaan nelayan-nelayan dari Negeri Gajah Siam selama 2 tahun lebih. Tak lama setelah itu, kiprahnya pun terdengar oleh perusahaan migas, Premier Oil.

Sebagai informasi, kelak Premier Oil akan bergabung dengan Chrysaor pada tahun 2021 menjadi Harbour Energy.

Abu kemudian ditawari pekerjaan di Premier Oil. Pada awalnya ia belum tertarik, meski begitu ia menawarkan sejumlah syarat yang harus dipenuhi sebelum bergabung, salah satunya ikut serta dalam membangun kehidupan masyarakat di Anambas.

"Kebetulan hal tersebut merupakan dunia saya. Saya pun tertarik, karena kesmepatan cukup luas. Posisi pertama dulu Assistant Officer Comdev, tapi itu hanyalah titel, karena pekerjaan saya lebih dari itu. Intinya ketika perusahaan ingin lakukan sesuatu yang positif, maka saya siap melakukannya," katanya lagi.

5 tahun pertamanya, ia habiskan dengan banyak bekerja lembur. "Membantu masyarakat sangat luar biasa dampaknya. Saya pun bahagia disini. Karena Premier Oil menganggap masyarakat sekitar itu sebagai keluarga. Lokal itu nomor satu, kalau terkait kearifan lokal, komitmennya luar biasa. Kalau ada masalah, kita segera pasang badan, karena harus memperjuangkan perusahaan yang kontribusinya besar ke masyarakat," kata ayah dari 4 anak ini.

Pendekatan yang humanis juga dikedepankan Abu ketika perusahaan menghadapi konflik dengan masyarakat, khususnya nelayan.

"Pada saat pertama dulu, ada potensi konflik di wilayah offshore baru. Wilayah tersebut bersinggungan dengan wilayah tangkapan nelayan. Itu merupakan problem serius," ungkapnya.

Menurut Abu, sebenarnya para nelayan saat itu tidak keberatan, asalkan perusahaan lebih memperhatikan mereka. "Secara informal, kami lakukan riset terbatas untuk solusi agar nelayan tidak perlu melaut lagi hingga masuk wilayah offshore yang terlarang," tutur Abu yang sudah berkiprah di dunia migas selama 15 tahun.

Diskusi demi diskusi yang dilakukan secara kekeluargaan akhirnya membuahkan hasil yang positif. Perusahaan memberikan perhatian lebih kepada nelayan, sementara nelayan yang mendapatkan pemahaman akhirnya mengerti kondisi wilayah offshore.

"Sudah 10 tahun lebih, tidak ada lagi kejadian nelayan menerobos wilayah offshore," imbuhnya.

Abu menilai diskusi yang positif akan bisa dicapai jika perusahaan mampu membaur lebih jauh di segala lini kehidupan masyarakat. "Dunia migas ini hanya agar bagaimana komunikasi bisa berjalan lancar. Ekspektasi perusahaan dapat, masyarakat pun senang," ungkapnya lagi.

Selama 15 tahun kiprahnya di Premier Oil yang sekarang menjadi Harbour, perusahaan sudah banyak melakukan kegiatan comdev di tengah-tengah masyarakat. Salah satu warisan yang masih bertahan yakni keberadaan Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Anambas.

"Sebetulnya program ini milestone dari 1999 di Anambas. Kami berupaya menyentuh sektor pendidikan di usia dini. Di Anambas hanya ada 1 PAUD di wilayah Tarempa. Padahal Anambas ini terdiri dari banyak pulau. Perusahaan banyak menemukan anak-anak, dimana usianya cocok untuk masuk PAUD," paparnya.

"Kita telah bangun 10 PAUD di seluruh Wilayah Anambas, termasuk juga kegiatan yang bertujuan mendukung PAUD. Kegiatan ini sangat berkesan sekali di masyarakat, karena menyentuh aspek paling dasar, yang malah jarang diperhatikan," pungkasnya.

Konten ini merupakan bagian dari pemberitaan Program Jelajah Migas Sumbagut Wilayah Kepulauan Riau yang didukung oleh SKK Migas Wilayah Sumbagut, Medco EP Natuna, Harbour Energy, Star Energy, West Natuna Exploratin Ltd dan Kufpec. (K65)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper