Bisnis.com, PALEMBANG -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) mengungkapkan realisasi dana alokasi khusus (DAK) nonfisik masih menjadi salah satu persoalan dalam optimalisasi program Bangga Kencana dan upaya penurunan stunting di wilayah tersebut.
Kepala BKKBN Sumsel, Medi Heryanto mengatakan sampai dengan Agustus 2023 secara terlapor realisasi DAK non fisik Sumsel baru mencapai 25,58 persen.
"Tapi secara aktual kita sudah 39 persen. Setiap daerah bervariatif dan mudah-mudahan dari kegiatan ini setiap kepala dinas, pejabat kabupaten dan kota segera menyusun strategi untuk segera merealisasikan DAK tersebut," kata Medi, Rabu (6/9/2023).
Dia menuturkan bahwa upaya percepatan itu lantaran DAK nonfisik tidak bersifat permanen atau hanya sebagai dana dorongan untuk setiap kabupaten kota. Sehingga, jika tidak dialokasikan secara cepat dan tepat akan berkemungkinan tidak diberikan lagi.
Medi menambahkan, permasalahan lain yang masih dihadapi yaitu penyusunan grand design yang belum terselesaikan secara menyeluruh. Menurutnya, dari 17 kabupaten kota yang ada di Sumsel, daerah yang telah selesai menyusun grand design adalah Kota Palembang dan Lubuklinggau.
"Istimewanya lagi kedua daerah itu sudah mengukuhkan dalam bentuk Perda. Mudah-mudahan ini segera diikuti oleh kabupaten kota lain," sambungnya.
Baca Juga
Sementara itu, berkaitan dengan capaian peserta keluarga berencana (KB) di Sumsel saat ini telah mencapai 15 persen. Padahal idealnya, kata Medi, peserta KB di Sumsel sampai Juli 2023 harusnya di angka 60 persen.
"Dari hasil evaluasi, salah satu faktor yang menyebabkan angka masih kecil itu dari input data pelaporan," pungkasnya.
Menanggapi itu, Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan jumlah alokasi DAK non fisik untuk kabupaten kota di Sumsel berkisar Rp38 miliar. Akan tetapi, serapan yang masih minim itu karena adanya ketakutan dari masing-masing daerah.
"Itu kan harus dibelanjakan dalam bentuk makanan dan lainnya, jadi takutnya misal telat dibagikan kadaluwarsa. Tapi cepat dibagikan takut salah sasaran," tegasnya.
Oleh karena itu, dia menilai, salah satu solusinya bisa dengan penyaluran berwujud barang secara langsung bukan uang. "Kalau tidak kasih barang saja, jadi gampang untuk penyalurannya," tutupnya.(K64)