Bisnis.com, PEKANBARU-- Pemerintah Provinsi Riau menyebutkan daerah itu punya beragam indikator yang seharusnya menjadi pertimbangan dalam penetapan bandara dengan layanan penerbangan internasional.
Gubernur Riau Syamsuar mengatakan Riau saat ini memiliki PDRB terbesar keenam secara nasional atau kedua terbesar di Sumatra, sedangkan untuk nilai investasi menjadi kelima terbesar di nasional dan pertama terbesar di Sumatra.
"Masa iya provinsi dengan PDRB terbesar ke-6 di Indonesia dan realisasi investasi tertinggi di Sumatra tidak memiliki bandara internasional," ujarnya Kamis (23/2/2023).
Menurutnya bila Bandara SSK II Pekanbaru tidak lagi melayani penerbangan internasional, tentu akan merugikan daerah tersebut dari segi investasi dan pariwisata.
Karena menurutnya kedua sektor itu sangat bergantung dengan layanan penerbangan internasional. Sehingga bila penerbangan antar negara di Pekanbaru dihapus, tentu pertumbuhan ekonomi di Riau juga pasti akan terganggu.
Pihaknya berharap Menteri Perhubungan tetap menjadikan Bandara SSK II Pekanbaru sebagai bandara yang melayani penerbangan internasional.
"Kami sudah mengirim surat ke Menteri Perhubungan, agar Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru tetap melayani penerbangan internasional,"
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat menyebut jika Bandara SSK II Pekanbaru tidak lagi melayani penerbangan internasional, akan berdampak dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara masuk ke Riau.
"Kalau Bandara SSK ditutup melayani penerbangan internasional tentu dampaknya akan terjadi pengurangan jumlah wisatawan mancanegara, khususnya dari negara tetangga Malaysia," katanya.
Pada 2022 lalu kunjungan wisatawan mancanegara di Riau yang masuk lewat Bandara SSK II Pekanbaru sekitar 6.000 orang. Menurutnya wacana yang akan ditutup hanya di pintu bandara, sedangkan pelabuhan tidak. Meski demikian kebijakan itu tetap akan mengurangi jumlah wisman.
Dampak dari tutupnya penerbangan internasional nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan pelaku pariwisata yang berkurang.
"Termasuk tingkat hunian hotel juga akan berkurang. Karena estimasi perputaran uang yang dihasilkan dari pariwisata di Riau pada 2022 berkisar Rp8,8 triliun dengan tingkat hunian kamar hotel 41,6 persen per hari. Kalau penerbangan internasional ditutup, tentu pendapatan pelaku usaha pariwisata berkurang," pungkasnya.