Bisnis.com, PEKANBARU -- Pemerintah Provinsi Riau menyatakan sampai akhir triwulan III/2022 ini, angka realisasi investasi di daerah itu sudah menembuh Rp60 triliun, atau tepatnya Rp59,91 triliun. Investasi paling besar tahun ini disumbang dari industri kertas April Group di Pelalawan.
Gubernur Riau Syamsuar menjelaskan angka investasi yang masuk ke daerah itu, sudah mencapai target tahun ini meski belum sampai akhir Desember. Tahun depan diyakini angkanya terus melonjak, terutama dengan adanya dukungan infrastruktur yang semakin baik oleh pemerintah pusat dan daerah.
"Investasi Riau ini terbesar kedualah istilahnya setelah Jawa itu ya Riau. Di Sumatra memang sudah terbesar. Sampai triwulan III saja sudah 99,9 target yang mencapai Rp60 triliun," ujarnya, Selasa (11/10/2022).
Menurutnya Riau punya potensi besar karena memang sudah didukung dengan produksi beragam komoditas unggulan. Sehingga mengundang banyak investor untuk menanamkan modalnya ke industri hilir.
Tiga kabupaten kota utama penyumbang investasi ke Riau yaitu Pelalawan, Indragiri Hilir, dan Dumai. Ketiga daerah ini sudah berkembang industri hilir seperti kertas, kelapa sawit, kelapa, dan lainnya.
Tidak hanya sektor industri padat karya saja, Riau juga kini dilirik dari sektor kesehatan. Syamsuar menyebutkan baru saja usai melakukan pertemuan dengan pemilik rumah sakit internasional di Singapura. Dari pertemuan itu investor tersebut juga sudah menyatakan minatnya membangun RS internasional di Riau.
"Baru tadi bertemu dengan pemilik rumah sakit internasional di Singapura. Dia melihat potensi Riau ini besar karena terletak di tengah Sumatra. Dengan membuka RS di sini diyakini para pasien yang banyak ke Singapura dan Malaysia bisa berobat nantinya ke RS tersebut. Bahkan nanti bisa juga dari Jakarta ke sini," ujarnya.
Karena itu dia mengharapkan dukungan dari pemerintah pusat, untuk terus memberikan berbagai program pembangunan ke Riau berupa infrastruktur strategis seperti jalan tol, jembatan, jalan, listrik, air dan pendukung lainnya.
Sebelumnya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Riau menyatakan sudah ada pengusaha asal India, yang ingin membangun pabrik minyak goreng dan turunan kelapa sawit lainnya. Diharapkan investasi itu dapat terealisasi pada tahun ini.
Kepala DPMPTSP Riau Helmi mengatakan pihaknya sudah berjumpa dengan pengusaha India itu, dan dari perbincangan itu diketahui negara di Asia Selatan itu selama ini bergantung kepada pasokan minyak goreng asal negeri jiran Malaysia.
"India penduduknya sekitar 1,2 miliar jiwa dan sekitar 60 persen penduduk membutuhkan minyak goreng. Tapi dari diskusi dengan pengusaha India itu mereka mendatangkan dari Malaysia. Karena itulah kami mengajak untuk menanamkan modalnya dan membangun industri hilir kelapa sawit dan minyak goreng di Riau," ujarnya.
Dari pertemuan sebelumnya, investor India berencana membangun pabrik di Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB) di Kabupaten Siak, dan sedang menghitung berapa biaya investasi yang harus dikeluarkan.
Helmi mengakui dengan masuknya investor tersebut, harga jual kelapa sawit di Riau diyakini akan semakin stabil karena akan menyerapkan hasil produksi tandan buah segar sawit petani setempat.
Kemudian pabrik nantinya juga akan menjalin kerjasama dengan koperasi atau kelompok tani sawit, sehingga perekonomian masyarakat Riau terutama yang bergerak di sektor perkebunan akan terjaga.
"Investor India ini sedang melakukan perhitungan, berapa biaya sewa tanah di kawasan industri, lalu berapa pajak yang harus dibayarkan seperti PBB untuk pembangunan pabriknya. Harapan kami tentu ada insentif yang diberikan agar investor semakin berminat."