Bisnis.com, MEDAN - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Wilayah I yang berbasis di Medan dan sekitarnya melakukan peninjauan harga telur ayam di pasaran yang belakangan ini melonjak. Sejumlah dugaan dan hipotesis pun mencuat.
Diketahui bahwa harga telur ayam di tingkat peternak dan pedagang eceran meningkat sejak Agustus 2022. Namun, harga di tingkat distributor justru mengalami penurunan.
Demi mendalami proses pembentukan harga komoditas tersebut, KPPU bakal memanggil berbagai pihak terkait pada waktu dekat. Pemanggilan juga bertujuan untuk mengetahui penyebab kenaikan harga di pasaran belakangan ini.
Menurut Kepala Kantor KPPU Wilayah I Ridho Pamungkas, terdapat beberapa kemungkinan yang sejauh ini mengemuka. Seperti indikasi peningkatan permintaan seiring pemulihan ekonomi masa pandemi Covid-19, kemudian dugaan penurunan pasokan akibat pengurangan produksi di tingkat peternak.
Lalu, ada kemungkinan bahwa penyebabnya adalah kenaikan biaya produksi akibat pandemi dan dampak pasokan telur ayam bantuan sosial di sejumlah daerah.
"Saya khawatir apa yang terjadi pada peternak ayam broiler mandiri terulang lagi. Ketika perusahaan terintegrasi ikut bermain di hulu, banyak peternak mandiri yang gulung tikar atau beralih ke kemitraan," kata Ridho kepada Bisnis, Minggu (28/8/2022).
Pada Jumat (26/8/2022) lalu, petugas KPPU Wilayah I menyambangi sejumlah pasar tradisional di Kota Medan, Sumatra Utara. Pemantauan dilakukan demi meninjau harga telur ayam yang belakangan ini melonjak.
Tak hanya pedagang, petugas KPPU juga memantau harga telur ayam di tingkat distributor dan peternak.
Di beberapa pasar tradisional, petugas mendapati harga telur ayam ditentukan berdasar ukuran. Untuk ukuran kecil dijual kisaran Rp1.550 - Rp1.700 per butir, sedangkan ukuran sedang seharga Rp1.600 - Rp1.750 per butir dan ukuran besar Rp1.700 - Rp1.900 per butir.
Dari informasi yang disampaikan pedagang, terjadi kenaikan harga telur ayam sejak awal Agustus 2022. Akan tetapi, tidak terjadi penurunan pasokan. Bahkan beberapa pedagang mengaku terjadi penurunan permintaan.
Kondisi berbeda terjadi di tingkat distributor. Saat memantau gudang PT Sumber Pangan Nusantara Indonesia, petugas KPPU mendapati informasi bahwa harga telur ayam justru mengalami penurunan.
Harganya turun Rp100 - Rp120 per butir dari pekan lalu. Senada dengan para pedagang, pihak distributor juga memberi informasi bahwa tingkat permintaan dan pasokan relatif stabil.
Tak berhenti di sini, petugas KPPU lanjut menyambangi sejumlah peternak di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. Di tingkat peternak, harga telur ayam kini berkisar Rp1.460 per butir untuk semua ukuran.
Satu di antara pedagang mengaku terpaksa mengurangi kuantitas produksi sebesar 35 persen. Hal itu diakibatkan penurunan harga telur ayam pada tahun lalu. Pemicunya disinyalir akibat perusahaan unggas terintegrasi memiliki peternakan sendiri, sehingga pasokan telur ayam di pasaran membanjir.
Penurunan harga kala itu juga diiringi dengan peningkatan harga pakan hingga 40 persen. Saat ini, biaya produksi telur ayam sekitar Rp1.390 per butir. Tak hanya mengurangi produksi, menurut Ridho, beberapa peternak di daerah tersebut juga terpaksa berhenti produksi alias gulung tikar.
Masih berdasar informasi dari peternak, lanjut Ridho, pembentukan harga telur ayam selama ini tak lepas dari campur tangan agen. Para agen menetapkan harga sesuai acuan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Sumatra Utara dan Kepulauan Riau.
Ridho mengatakan, KPPU akan terus mengawasi situasi bahan pangan pokok strategis. Ridho juga mendukung upaya pemerintah provinsi membentuk aplikasi early warning system yang berfungsi menyediakan informasi tentang bahan pangan pokok ke para pemangku kebijakan.
"Sehingga dapat terpantau keseimbangan jumlah permintaan dan pasokan bahan pangan di pasar," kata Ridho.