Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir memperkuat komitmen dalam mencegah sekaligus mempercepat penurunan angka stunting di daerah itu.
Wakil Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), M. Djafar Shodiq mengatakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah masa emas untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
"Stunting di OKI mulai menunjukan tren penurunan. Hal ini harus terus dijaga sampai OKI benar-benar bebas stunting,” katanya saat acara Rembuk Stunting, Senin (25/7/2022).
Shodiq menjelaskan tugas menurunkan angka stunting bukan hanya tupoksi jajaran kesehatan atau satu individu saja tetapi semua pihak terlibat.
"Rembuk Stunting ini tidak sebatas seremonial, namun mampu menghasilkan solusi dan tekad yang kuat dalam percepatan penurunan stunting,” katanya.
Plh. Kepala Dinas Kesehatan OKI Herman mengatakan bahwa rembuk stunting dilaksanakan untuk meningkatkan komitmen penurunan stunting secara terukur dan terorganisir dengan capaian yang maksimal.
Dia menambahkan stunting adalah kondisi tinggi balita jauh lebih pendek dari teman seusianya.
“Hal seperti ini harus segera dientaskan sehingga anak-anak di OKI bisa tumbuh sehat, kuat, dan hebat,” kata Herman.
Herman memaparkan beberapa aktor yang berkaitan erat dengan proses percepatan penurunan stunting di OK, yaitu para remaja,calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui,dan balita (1000 hari pertama kelahiran).
“Mereka adalah aktor kunci untuk mensukseskan program pencegahan sekaligus penurunan stunting di OKI,” ujarnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) OKI, Aidil Azwari, mengatakan terdapat 15 desa yang menjadi Desa Lokus percepatan penurunan stunting di OKI.
Aidil melanjutkan untuk percepatan stunting di OKI diperlukan hasil analisis berdasarkan fakta dan indikitor yang jelas sehingga capaian jadi lebih maksimal.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana OKI, M. Lubis, mengatakan ketika bayi lahir dengan berat dan panjang yang normal, itu tidak cukup karena masih membutuhkan pendampingan agar tidak mengalami pertumbuhan yang stagnan.
"Stunting tidak hanya dialami oleh orang miskin saja, stunting bisa terjadi pada siapa saja,” katanya.
Baginya, anak yang mengalami stunting tidak hanya terlahir pendek tetapi memiliki daya nalar yang rendah dan rentan terserang penyakit. Maka dari itu, Lubis mengajak untuk komitmen mencegah dan membebaskan OKI dari stunting.