Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perekonomian Sumut Terancam Melambat pada Semester II/2022

Catatan positif Sumatra Utara pada Semester II/2022 juga diprediksi akan lebih lambat ketimbang pertumbuhan ekonomi pada Semester I/2022 lalu.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (5/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (5/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, MEDAN - Realisasi pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara pada semester I/2022 melaju berkat faktor restriksi mobilitas di tengah pandemi serta momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Akan tetapi, laju pertumbuhan pada semester II diperkirakan lebih lambat.

Menurut Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Poltak Sitanggang, akselerasi pada Semester I/2022 juga tak lepas dari dorongan harga global sejumlah komoditas. Kenaikan harga terjadi imbas pemulihan permintaan dan adanya gangguan pasokan dunia.

Kenaikan signifikan juga sempat terjadi pada harga Crude Palm Oil (CPO) yang merupakan komoditas ekspor utama Sumatra Utara.

Faktor-faktor ini, menurut Poltak, membuat ekonomi Sumatra Utara tumbuh positif pada paruh pertama tahun ini.

"Sepanjang Semester I/2022, perekonomian Sumatra Utara tumbuh terakselerasi dengan didorong oleh periode pembukaan restriksi mobilitas seiring dengan rendahnya infeksi Covid-19 dan momentum HBKN Idulfitri," kata Poltak kepada Bisnis, Minggu (17/7/2022).

Laju pertumbuhan Semester I/2022, kata Poltak, bukan tanpa hambatan. Suhu panas geopolitik dunia sempat berdampak serius terhadap perekonomian, termasuk Sumatra Utara.

Perang Rusia dan Ukraina yang disokong North Atlantic Treaty Organization (NATO) - Amerika Serikat memperlambat permintaan atau demand global di tengah masa pemulihan pascapandemi.

Selain itu, kata Poltak, masih terjadi perlambatan pertumbuhan kredit yang mengindikasikan scarring effect dari pandemi. Hal ini turut menghambat pemulihan ekonomi yang optimal.

Catatan positif Sumatra Utara pada Semester II/2022 juga diprediksi akan lebih lambat ketimbang pertumbuhan ekonomi pada Semester I/2022 lalu. Menurut Poltak, ada beberapa faktor yang diperkirakan bakal menjadi pemicunya.

Antara lain disebabkan oleh transmisi dampak konflik Rusia - Ukraina secara global yang semakin signifikan terhadap perekonomian regional.

Transmisi tersebut terjadi karena penurunan permintaan global dan gangguan rantai suplai yang semakin signifikan.

"Dan potensi capital outflow ke aset safe haven sebagai dampak instabilitas global," kata Poltak.

Poltak memprediksi capital outflow juga semakin diperkuat oleh normalisasi kebijakan moneter negara-negara besar. Terutama Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga kebijakannya secara signifikan.

Di sisi lain, menurut Poltak, manajemen penanganan pandemi serta pencapaian vaksinasi Covid-19 turut mendukung potensi percepatan pelonggaran restriksi mobilitas lebih jauh dalam menyambut era endemi.

Kemudian, program pemerintah seperti pemberian subsidi dan penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (Pen) juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara.

"Meskipun secara intensitas akan mengalami penurunan dibanding Semester I/2022 seiring dengan rencana normalisasi kebijakan fiskal pada 2023," ujar Poltak.

Menurut perkiraan Poltak, terdapat berbagai Lapangan Usaha (LU) yang bakal menjadi andalan penopang ekonomi Sumatra Utara pada Semester II/2022. Yang paling diharapkan adalah LU Perdagangan.

Lapangan usaha itu dianggap potensial seiring peningkatan permintaan sebagai respons atas pelonggaran restriksi pandemi.

Pada Triwulan I/2022 lalu, LU Perdagangan memegang andil 18,75 terhadap perekonomian Sumatra Utara.

"Daya beli yang meningkat diiringi dengan stimulus pemerintah yang masih berlanjut akan mendorong terjadinya perbaikan kinerja LU Perdagangan," kata Poltak.

Pelonggaran restriksi mobilitas juga secara langsung mendorong permintaan terhadap sejumlah lapangan usaha lainnya. Seperti LU Transportasi dan Pergudangan serta LU Akomodasi, Makanan, dan Minuman.

Selain itu, masa panen kelapa sawit yang bertepatan pada Semester II/2022 juga diprediksi akan mendorong LU Pertanian sekaligus meningkatkan volume ekspor secara signifikan.

"Meningkatnya permintaan komoditas utama di tengah memanasnya situasi global juga berdampak pada kinerja perdagangan besar, yakni ekspor," kata Poltak.

Kinerja LU Perdagangan sejalan dengan penerapan adaptasi kebiasaan baru serta akselerasi vaksinasi, kemudian pembukaan kembali rute penerbangan internasional, lalu geliat berbagai kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) serta bangkitnya dunia pariwisata.

"Prospek ini diharap turut mendorong peningkatan terhadap kinerja LU Transportasi dan Pergudangan serta LU Akomodasi, Makan dan Minum," ujar Poltak.

Menurut Poltak, LU Konstruksi juga mulai terlihat aktif kembali belakangan ini. Lapangan usaha tersebut diprakirakan berlanjut pada 2022. Optimistis ini muncul seiring pengerjaan berbagai proyek pemerintah dan swasta yang terus berlanjut.

Perbaikan LU Konstruksi antara lain juga didukung oleh akselerasi penyelesaian proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS), kemudian pembangunan Sport Center, dan sejumlah proyek infrastruktur kelistrikan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru.

Kinerja LU Pertanian juga diperkirakan akan lebih baik pada 2022 dibanding tahun lalu. Perbaikan kinerja didukung oleh Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus meningkat, terutama NTP sektor perkebunan. Hal ini disebabkan tingginya nilai ekspor komoditas utama Sumatra Utara seperti kelapa sawit, meskipun mulai termoderasi pada Semester II/2022.

"Namun, penurunan nominal ekspor akibat penurunan harga berpotensi terkompensasi oleh peningkatan volume ekspor seiring dengan masa panen CPO pada periode Juni - Oktober 2022," katanya.

Perbaikan kinerja LU Pertanian juga didukung oleh penguatan pengelolaan Sistem Resi Gudang (SRG). Misalnya dalam proses pengadaan infrastruktur dan pembentukan ekosistem kelembagaan.

Selain itu, kata Poltak, target Kementerian Pertanian RI mengembangkan korporasi petani di wilayah food estate juga dapat membantu meningkatkan efektivitas kinerja petani dan aspek permodalan.

Menurut Poltak, peningkatan permintaan global dan domestik berpotensi mendorong akselerasi terhadap kinerja LU Industri Pengolahan. Apalagi Nilai Purchasing Manager Index Global pada awal 2022 tercatat di atas 50. Prospek kenaikan harga komoditas global juga meningkat sejalan dengan perbaikan kinerja permintaan global maupun domestik.

"Hal ini sejalan dengan prediksi World Bank yang memperkirakan stabilisasi harga pada level yang tinggi untuk komoditas CPO, kopi, dan karet," kata Poltak.

Lebih lanjut, Poltak optimis kinerja pemulihan ekonomi Sumatra Utara masih akan terus berlanjut secara bertahap pada tahun ini. Akan tetapi, pertumbuhan ekonominya diprakirakan terkoreksi menjadi 3,5 - 4,3 persen (yoy). Koreksi terjadi imbas revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan nasional yang lebih rendah dari sebelumnya.

"Pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi seiring dengan masih tetap rendahnya kasus infeksi Covid-19 dan penanganan situasi pandemi yang semakin terkendali," kata Poltak.

Poltak mengatakan, kenyamanan aktivitas ekonomi masyarakat didukung oleh perluasan vaksinasi Covid-19 yang terus meningkat secara konsisten.

Pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh stimulus pemerintah sebagai bagian dari program pemulihan pascapandemi yang masih terus berlanjut. Kemudian juga didukung oleh kebijakan makroprudensial Bank Indonesia yang tetap pro-growth.

"Selain itu, masih tingginya harga komoditas internasional, sebagai dampak pemulihan permintaan yang juga didorong oleh gangguan pasokan global, mendorong peningkatan nilai ekspor Sumatra Utara," kata Poltak.

Walau optimistis merekah, lanjut Poltak, pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara pada akhir tahun ini juga diperkirakan bakal tertahan oleh sejumlah faktor eksternal dan internal.

Dari sisi eksternal, koreksi pertumbuhan ekonomi dipengaruhi konflik geopolitik Rusia - Ukraina yang berpotensi memakan waktu lama. Sehingga diprediksi akan berdampak terhadap percepatan normalisasi kebijakan moneter global.

Kemudian, percepatan normalisasi yang diiringi dengan ketegangan geopolitik juga akan berdampak terhadap pelemahan pertumbuhan ekonomi global.

"Di antaranya disebabkan oleh ketidakpastian pemulihan global akibat tidak meratanya pemulihan antara negara berkembang dan negara maju," kata Poltak.

Terpisah, Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Pemprov Sumatra Utara Naslindo Sirait memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada Semester II/2022 sebesar 4 - 4,5 persen. Proyeksi ini diharap terwujud berkat sumbangsih tingkat konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Selaras dengan Poltak, Naslindo juga berharap pada LU Akomodasi, Makanan, dan Minuman, LU Pertanian, LU Perdagangan dan Keuangan.

"Untuk proyeksi di Semester II/2022, kami perkirakan di kisaran 4 - 4,5 persen," kata Naslindo kepada Bisnis.

Pengamat ekonomi asal Universitas Islam Sumatra Utara (UISU) Gunawan Benjamin memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara sebesar 4,6 - 4,9 persen (yoy) pada Semester II/2022. Dengan demikian, pertumbuhannya lebih rendah ketimbang Semester I/2022 lalu.

Secara keseluruhan, Gunawan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara berada pada rentang 5 - 5,5 persen (yoy) pada akhir 2022 mendatang.

"Pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara pada Semester II/2022 ini saya perkirakan lebih rendah dibanding Semester I/2022," kata Gunawan kepada Bisnis.

Gunawan mengatakan, perekenomian Sumatra Utara tumbuh positif pada Semester I/2022 dibanding periode yang sama tahun lalu. Penyebabnya tak lain karena berbagai kelonggaran pembatasan aktivitas yang diberi pemerintah.

Walau begitu, menurut Gunawan, pertumbuhan tersebut terbilang belum maksimal karena berbagai faktor.

Utamanya disebabkan pembatasan ekspor CPO dan produk turunan yang secara langsung berdampak terhadap harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani. Selain itu, inflasi Sumatra Utara tercatat melonjak tinggi.

Awalnya, Gunawan optimis pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara pada Kuartal II/2022 mampu mencapai 7 persen (qtq). Namun kemudian dia merevisinya jadi 6,4 - 6,7 persen (qtq).

Pesimistis berlanjut setelah kebijakan pemerintah menurut keran ekspor CPO dan produk turunannya beberapa waktu lalu.

Pada Kuartal I/2022 lalu, ekonomi Sumatra Utara diketahui tumbuh 3,9 persen (yoy). Namun jumlahnya akan tercatat turun 0,13 persen jika dibandingkan pertumbuhan pada Kuartal IV/2021 lalu. Di sisi lain, tingkat inflasi sudah tercatat berada di atas 4 persen (yoy).

"Artinya, kalau ditarik satu tahun terakhir pertumbuhan ekonomi di Sumatra Utara ini secara riil negatif," kata Gunawan.

Gunawan mengatakan, motor penggerak pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara pada Kuartal I/2022 diperkirakan menjadi satu-satunya kontributor terbesar sepanjang tahun ini.

Selebihnya, perekonomian Sumatra Utara akan dibebani oleh faktor-faktor internal maupun eksternal.

Belanja pemerintah daerah yang awalnya diharap menjadi senjata pamungkas juga diperkirakan bakal melambat imbas laju inflasi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara didominasi oleh belanja masyarakat.

"Dampak kenaikan harga enerji dan pangan dunia, serta kebijakan penyesuaian yang dilakukan pemerintah berpeluang menciptakan tekanan pertumbuhan ekonomi hingga tutup tahun," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper