Bisnis.com, PALEMBANG – Sejumlah pedagang di pasar tradisional, Pasar Gubah, Kota Palembang mengaku sungkan untuk memakai QRIS sebagai alat transaksi.
Padahal, kios para pedagang tersebut sudah terpasang kode QRIS yang merupakan inisiasi dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Titin S, pedagang sayur di Pasar Gubah, mengatakan transaksi dari pembayaran nontunai itu tercatat hanya Rp40.000 sejak adanya QRIS.
“Pemasangannya belum satu tahun, tetapi yang bayar pakai QRIS di sini sedikit. Saya juga lebih nyaman tunai,” katanya kepada Bisnis, Senin (21/3/2022).
Menurut Titin, pembeli cenderung masih melakukan transaksi tunai. Perempuan berusia 62 tahun itu juga mengaku masih belum paham dengan pembayaran digital. Sehingga, kata dia, saldo QRIS masih mengendap di rekeningnya.
“Sudahlah saya biarin saja Rp40.000 itu, gak saya tarik. Susah ngurus-nya,” kata Titin.
Hal senada diungkapkan Aming, 59 tahun. Pedagang sayur di pasar yang sama itu mengaku dirinya sungkan mengulik ponsel untuk penarikan saldo QRIS.
“Ribet nariknya, lagi pula hampir 90 persen pembeli di sini bayar pakai uang tunai,” katanya.
Menurut Aming, pelanggannya juga lebih memilih metode transfer untuk pembayaran nontunai. Pasalnya, Aming pun juga melayani pembelian pembelian secara pesan-antar.
Sementara itu, berdasarkan catatan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumatra Selatan (BI Sumsel), jumlah merchant QRIS mencapai 351.698 pengguna per kuartal IV/2021. Angka itu tumbuh sebesar 112,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala Perwakilan BI Sumsel Erwin Soeriadimadja, dalam laporan perekonomian Sumsel, mengatakan penggunaan QRIS di provinsi itu menduduki peringkat kedua tertinggi di Sumatra, setelah Sumatra Utara.
“Sebaran merchant QRIS masih didominasi Kota Palembang, yakni sebesar 59,95 persen,” katanya.
Menurutnya, hal itu sejalan dengan ketersediaan infrastruktur dan banyaknya fasilitas umum yang telah melayani QRIS, termasuk pula pedagang/pasar hingga tempat ibadah dan rumah sakit.