Bisnis.com, PALEMBANG – Pengusaha batu bara di Sumatra Selatan memastikan sudah memenuhi kewajiban dalam negeri (domestic market obligation /DMO) minimal 25 persen sesuai ketentuan pemerintah.
Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Sumatra Selatan, Andi Asmara, mengatakan bahkan penjualan batu bara untuk domestik ada yang mencapai 75 persen hingga 100 persen.
“Paling hanya ada dua sampai tiga tambang yang suplai ke domestiknya kurang, sisanya malah banyak suplai ke dalam negeri,” katanya, Jumat (14/1/2022).
Andi menerangkan suplai ke domestik tersebut ditujukan untuk memenuhi pasokan bagi pembangkit-pembangkit PT PLN (Persero). Sementara ekspor batu bara asal Sumsel menyasar pasar China, India dan sebagian Asia Tenggara, seperti Vietnam.
Menurutnya, kurangnya pasokan dalam negeri tersebut tidak terlepas dari kendala di sisi hulu. Di mana, saat ini aktivitas pertambangan di Sumsel terganggu faktor cuaca.
Musim penghujan terjadi merata di seluruh daerah pertambangan, yakni Kabupaten Muara Enim, Lahat dan Musi Rawa
Baca Juga
“Kalau hujan tentu sangat jadi kendala karena ini menyangkut safety dalam bekerja,” katanya.
Dia mengemukakan hujan yang kerap turun itu bahkan membuat kosong stockpile sejumlah tambang hingga tiga hari berturut-turut.
“Dampaknya dirasakan semua, mulai dari pemilik tambang, transportir, hingga berujung pada suplai PLN yang terhambat,” katanya.
Padahal, kata Andi, stok batu bara di pembangkit idealnya tersedia untuk 20 hari mendatang. Sementara stok pembangkit yang lokasinya di mulut tambang, harus diamankan untuk 15 hari kemudian.
Andi melanjutkan perusahaan tambang batu bara memiliki waktu efektif untuk produksi selama delapan bulan per tahun, atau saat cuaca tidak masuk musim penghujan.
Berdasarkan catatan asosiasi, produksi batu bara tambang swasta mencapai 25 juta ton per tahun. Namun, lantaran kondisi hujan pada akhir tahun, produksi ditaksir berkurang menjadi 20 juta ton.
Belum lagi, dia memaparkan, jarak penyaluran komoditas itu dari mulut tambang hingga ke stasiun muat cukup jauh. Perjalanan emas hitam itu harus menempuh jarak 110 mil laut untuk tiba di pelabuhan PLN.
Pihaknya pun menyambut positif atas langkah pemerintah yang membuka keran ekspor secara bertahap.
“Karena ya kita lihat ternyata banyak juga yang sudah memenuhi DMO di atas 75 persen,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, nilai ekspor pertambangan, yang didominasi batu bara, mencapai US$232,5 juta per November 2021.
Angka tersebut melejit hingga 454,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sektor pertambangan pun berkontribusi sebesar 32,09 persen terhadap ekspor Sumsel.