Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumbar Mengalami Inflasi pada September 2021, Ini Penyebabnya

Secara tahunan inflasi September 2021 tercatat sebesar 1,75% (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan realisasi Agustus 2021 yang sebesar 1,59% (yoy).
Suasana perdagangan di Pasar Raya Inpres, Kota Padang, Sumatra Barat, Selasa (30/6/2021)./Bisnis-Noli Hendra
Suasana perdagangan di Pasar Raya Inpres, Kota Padang, Sumatra Barat, Selasa (30/6/2021)./Bisnis-Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Provinsi Sumatra Barat tercatat mengalami inflasi pada September 2021 sebesar 0,10% (mtm), atau meningkat dibandingkan realisasi Agustus 2021 yang deflasi sebesar -0,13% (mtm).

Inflasi itu dapat dilihat pada perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum dari dua kota di Sumbar yakni Kota Padang dan Bukittinggi.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar pada 1 Oktober 2021, Kepala BPS Sumbar Herum Fajarwati menjelaskan secara spasial, pada September 2021, Kota Padang mengalami inflasi sebesar 0,04% (mtm), atau lebih tinggi dibandingkan Agustus 2021 yang mengalami deflasi sebesar -0,10% (mtm).

Sementara Kota Bukittinggi juga mengalami inflasi sebesar 0,53% (mtm) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar -0,27% (mtm).

"Kota Padang dan Kota Bukittinggi masing-masing berada pada peringkat ke-18 dan ke-2 dari total 18 kota yang mengalami inflasi di Kawasan Sumatera. Sedangkan secara nasional, Kota Padang dan Bukittinggi menjadi peringkat ke-31 dan ke-2 dari total 34 kota yang mengalami Inflasi di Indonesia," kata Herum, Selasa (5/10/2021).

Menurutnya secara tahunan inflasi September 2021 tercatat sebesar 1,75% (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan realisasi Agustus 2021 yang sebesar 1,59% (yoy).

Sementara itu, secara tahun berjalan Januari sampai dengan September 2021 Sumbar mengalami deflasi sebesar -0.05% (ytd), meningkat dibandingkan realisasi Agustus 2021 yang mengalami deflasi sebesar -0.15% (ytd).

"Realisasi inflasi tahun berjalan September 2021 ini tercatat lebih rendah dibandingkan September 2020 yang inflasi sebesar 0,31% (ytd)," ujarnya.

Dikatakannya inflasi Sumbar pada September 2021 terutama disebabkan oleh inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan nilai inflasi sebesar 0,22% (mtm) dan andil 0,07% (mtm).

Inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau disumbang oleh peningkatan harga pada komoditas daging ayam ras, cabai merah, mangga dan Ikan gembolo/ikan aso-aso dengan nilai andil inflasi masing-masing sebesar 0,10%; 0,06%; 0,04%, dan 0,03% (mtm).

Daging ayam ras mengalami kenaikan harga disebabkan oleh peningkatan harga bibit ayam day old chicken (DOC) serta kenaikan harga pakan utama jagung akibat adanya keterbatasan pasokan.

Peningkatan harga cabai merah didorong oleh keterbatasan pasokan akibat curah hujan yang tinggi di Sumatera Barat yang berdampak pada produktivitas hasil pertanian terutama komoditas hortikultura.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar Wahyu Purnama A, mengatakan untuk menekan inflasi itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumbar secara aktif melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi di daerah.

"Di TPID itu yang kita lakukan dalam rangka menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi di tengah Pandemi Covid-19," kata Wahyu yang juga sebagai Wakil TPID Sumbar.

Menurutnya adapun program kerja TPID dalam pengendalian inflasi di Sumbar ini, yaitu meningkatkan upaya pengendalian inflasi daerah dalam kerangka 4K yakni keterjangkauan harga, kecukupan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.

"Kerangka 4K ini adalah sebagai upaya untuk memitigasi risiko inflasi di akhir tahun 2021 mendatang," tegasnya.

TPID juga akan memperluas pengembangan Toko Tani Indonesia Center (TTIC) Sumbar di tahun 2022. Dimana yang dirancang itu nantinya akan berkoordinasi dengan Toko Tani di kabupaten dan kota.

Wahyu menyatakan TPID juga mendorong inovasi pengendalian inflasi daerah di tahun 2022, seperti berupa peningkatan pemanfaatan teknologi pertanian, hilirisasi produk pertanian, dan pengembangan database sistem informasi harga pangan dan pasokan.

"Jadi selain jelang penutupan tahun 2021 ini kita berupaya untuk mengendalikan inflasi di Sumbar. Kita juga telah mempersiapkan kerangka kerja untuk tahun 2022 mendatang. Dengan harapan, di tahun 2022 ekonomi Sumbar lebih baik lagi," harap Wahyu. (k56)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Noli Hendra
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper