Bisnis.com, SIMALUNGUN - Dinas Pariwisata Sumatra Utara mencatat terdapat 264 industri pariwisata di Sumatra Utara yang telah memiliki sertifikat cleanliness, healthy, safety, environmental sustainability (CHSE) Indonesia Care.
Sertifikasi ini menandakan industri pariwisata telah menerapkan panduan protokol kesehatan dalam pelaksanaan meeting, incentive, convention, exhibition (MICE) sesuai standar yang dikeluarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Secara rinci, ada 71 hotel yang telah tersertifikasi, 168 restoran, enam industri daya tarik wisata, enam homestay, dua industri wisata MICE.
Selanjutnya, ada sembilan tempat penjualan cinderamata yang sudah tersertifikasi, satu usaha arung jeram, dan satu usaha jasa transportasi wisata.
Koordinator Promosi dan Pendukungan MICE Kemenparekraf Titik Wahyuni mengatakan capaian sertifikasi di Sumut pada dasarnya belum mencapai target. Meski demikian, pihaknya terus menyosialisasaikan sertifikasi tersebut agar industri pariwisata di Indonesia bangkit kembali.
"Tentunya kami berusahamembuat panduan untuk meyakinkan travel planner atau organizer bahwa Indonesia sudah siap melaksanakan kegiatan MICE," kata Titik di Hotel Niagara Parapat, Selasa (16/2/2021).
Minimnya persentase sertifikasi CHSE Indonesia Care industri pariwisata di Sumut terjadi karena beberapa kendala, salah satunya keterbatasan auditor yang bertugas melakukan training untuk karyawan di hotel yang terdaftar.
"Auditor memang terbatas. Dan pandemi ini secara tiba-tiba dengan kondisi kami juga gerak cepat," jelasnya.
Selain itu, dalam implementasinya, panduan CHSE pun kata Titik harus disesuaikan oleh kearifan lokal masing-masing hotel. Penyesuaian tersebut juga menelan waktu yang cukup panjang.
Pasalnya, buku panduan CHSE MICE yang dikeluarkan oleh Kemenparekraf hanya memuat panduan-panduan umum. Kemenparekraf menyerahkan sepenuhnya ketentuan yang bersinggungan dengan kearifan lokal kepada pengelola hotel dan Pemerintah Daerah.
"Nah, local wisdom itu masing masing budaya punya aturan masing- masing. Tapi untuk kepentingan local wisdom diserahkan ke daerah, secara general kami membuat panduan itu merujuk ke Kementerian Kesehatan dan WHO," imbuh Titik.
Kendala mengenai keterbatasan auditor juga diamini Trainer Kemenparekraf Aldo Lendy Sumolang. Katanya, trainer atau auditor yang bertugas di Kemenparekraf baru berkisar 100 orang yang siap terjun ke seluruh Indonesia.
"Kurang lebih 100 orang yang siap terjun. Ada auditor baru lagi yang telah ditraining kementerian. Akan terus bertambah," kata Aldo di Niagara Hotel Parapat, Selasa (16/2/2021).
Menurut Aldo, kendala juga kerap terjadi saat pihak pengelola hotel mengunggah berkas di website yang disediakan Kemenparekraf.
Sertifikasi CHSE MICE ini adalah upaya Kemenparekraf membantu pelaku industri wisata untuk meyakinkan konsumen bahwa Indonesia siap menghadapi tantangan new normal.
Penilaian sertifikasi ini didasari oleh buku panduan CHSE MICE yang dapat diunduh secara gratis di portal kemenparekraf.go.id
Para pengelola hotel dapat mendaftarkan diri dalam program sertifikasi CHSE Indonesia Care secara gratis melalui link https://chse.kemenparekraf.go.id/.
Selain melakukan sosialisasi kepada para pelaku usaha pariwisata, Kemenparekraf juga melakukan simulasi CHSE MICE. Simulasi ini bertujuan untuk memantapkan panduan CHSE di lapangan dan meneraplan wisata aman di tengah covid-19.
Foto: (kika) Koordinator Promosi dan Pendukungan MICE Kemenparekraf Titik Wahyuni bersama Trainer Kemenparekraf Aldo Lendy Sumolang dalam acara Sosialisasi CHSE MICE di Hotel Niagara Parapat, Selasa (16/2/2021).