Bisnis.com, MEDAN — Indeks keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Sumatra Utara masih berada di level pesimis pada Desember 2020 meski naik dari bulan sebelumnya.
“Indeks Keyakinan Konsumen berada di bawah 100, menunjukkan bahwa keyakinan konsumen berada di level pesimis,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara Soekowardojo di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara, Jumat (29/1/2021).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara (Sumut) melaporkan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) juga masih berada di level pesimis pada Desember 2020 meski menguat dari November 2020. Survei bank sentral menunjukkan konsumen paling pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja, dibuktikan oleh IKE ketersediaan lapangan kerja hanya 35,87.
Di sisi lain, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi kedepan terpantau menguat tecermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) akan perkiraan penghasilan 6 bulan kedepan berada di angka 108,89, perkiraan ketersediaan lapangan kerja 6 bulan kedepan di angka 99,05, dan perkiraan kegiatan usaha 6 bulan ke depan di angka 88,67.
Soeko menjelaskan bahwa upaya keberhasilan pemulihan ekonomi ini sangat bergantung kepada kemampuan pemerintah mengendalikan penyebaran Covid-19. Pihaknya memberikan istilah satu plus lima.
“Jadi, satu itu adalah necessary condition, yaitu keberhasilan pengendalian Covid-19 melalui vaksinasi menjadi syarat utama. Kalau berhasil mengendalikan melalui vaksinasi, lima yang berikutnya bisa kita lakukan,” imbuh Soeko.
Baca Juga
Setelah penyebaran Covid-19 dapat dikendalikan melalui vaksinasi, lanjut dia, langkah pertama pemulihan ekonomi Sumut adalah membuka sektor produktif dan aman. Bank Indonesia tengah meneliti sektor apa aja yang perlu didahulukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
“Kedua, percepatan stimulus fiskal. Ini yang kami sampaikan bahwa saat konsumsi masyarakat masih rendah, kami berharap konsumsi pemerintah dapat sedikit mengurangi pelemahan rendahnya konsumsi masyarakat,” ujarnya.
Ketiga, peningkatan reaksi permintaan dan penawaran kredit. Keempat, adalah stimulus moneter dan kebijakan makro prudensial.
Terakhir adalah digitalisasi ekonomi dan keuangan khususnya untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM).