Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat berencana untuk kembali event balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020 ini.
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial mengatakan meski TdS 2020 urung digelar karena Corona, namun untuk tahun 2021 mendatang TdS direncanakan bakal kembali digelar.
"Untuk TdS 2021, persiapan yang telah dilakukan seperti halnya rapat hari ini bersama daerah yang bakal terlibat di tahun 2021 nanti," kata Novrial dalam Rapat Koordinasi Persiapan Tour de Singkarak 2021 bersama Dinas Pariwisata Kabupaten dan Kota se-Sumatra Barat, Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, dan Provinsi Jambi di Pangeran Beach Hotel, Padang (2/12/20).
Dia menjelaskan bahwa sejumlah provinsi tetangga bahkan sudah menyadari dan mulai melirik manfaat dari event ini. Contoh paling jelas yang sudah bergabung dalam pelaksanaan tahun 2019 yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh Jambi.
Bahkan untuk tahun-tahun selanjutnya, pihaknya sudah menjajaki kemungkinan Provinsi Bengkulu dan Riau bergabung menggelar TdS melintasi daerahnya sebagai event promosi bersama untuk manfaat yang lebih luas.
Begitu juga soal anggaran, Pemprov Sumbar juga telah mengalokasikan anggaran penyelenggaraan Tour de Singkarak dengan catatan bahwa pelaksanaannya ditentukan sesuai kondisi pandemi saat itu.
Novrial menjelaskan kembali bahwa pelaksanaan tahun 2021 akan dijadikan sebagai jembatan untuk penyelenggaraan tahun 2022 yang mandiri. Dimana Pemprov merancang bahwa pada TdS 2022 penyelenggaraanya akan dilimpahkan ke pihak swasta dan bukan lagi dihandle oleh pemerintah daerah.
"Namun untuk mencapai hal itu, penyelenggaraan tahun 2021 harus sukses sehingga menarik minat pihak swasta karena memiliki nilai ekonomi di dalamnya," sebut dia.
Selain itu Pemprov Sumbar juga menegaskan bahwa TdS merupakan aset yang harus terus dijaga keberadaannya sebagai event olahraga internasional yang bernilai promosi kepariwisataan.
Novrial menjelaskan bahwa saat ini TdS telah resmi terdaftar pada Kementerian Hukum & HAM RI sebagai aset tak berwujud milik Pemerintah Provinsi Sumbar.
"Arti penting dari aset ini adalah sebagai event yang memiliki news value untuk mempromosikan seluruh potensi kepariwisataan Sumbar," tegasnya.
Kerugian Capai Miliaran
Terkait TdS 2020 yang urung digelar akibat adanya pandemi Covid-19, Novrial mengatakan, ada dampaknya secara nilai ekonomi. Dia menyebutkan ada tiga persoalan dapat dirasakan akibat dari tidak diselenggarakannya TdS 2020.
"Menghitung secara detail tentunya akan sulit. Tapi setidaknya ada tiga hal yang menjadi tolak ukur dampak dari tidak diselenggarakannya TdS 2020," tambah dia.
Novrial menjelaskan dampak ekonomi yang pertama itu adalah kehilangan news value sebagai kekuatan TdS. Dimana secara tidak langsung pelaksanaan event TdS membuat orang kenal dan ingin datang ke Sumbar.
Kadua adalah jumlah kunjungan, dan fresh money yang masuk sebagai belanja wisatawan yang datang karena TdS. Katakan saja wisatawan mancanegara yg datang sekitar mungkin sekitar 300 orang saja dengan data spending versi Badan Pusat Statistik (BPS) Rp11 juta perkunjungan.
Serta katakan juga wisman yang datang 200.000 selama 5 hari dengan belanja harian versi BPS katakan Rp650 ribu per hari.
"Jika ditotalkan secara ekonominya ada sekitar miliaran rupiah perputaran uang dengan diselenggarakan TdS itu. Uang itu berputar dari pelaku UMKM, perhotelan, jasa transportasi dan hal lainnya," jelas Novrial.
Selanjutnya yang ketiga adalah nilai efisiensi dari ongkos transportasi produk-produk lintas wilayah, dimana ada banyak jalan yang diperbaiki untuk dilalui rute pebalap TdS.
Sebab dengan jalan diperbaiki, akan berdampak baik kepada perekonomian masyarakat di kawasan jalan tersebut.
"Jadi memang sulit untuk mengukur jumlah pastinya. Tapi secara umum dapat dipahami dari 3 perspektif itu," tegasnya. (k56)