Bisnis.com, PEKANBARU — Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mendorong pengembangan sektor peternakan sapi untuk menambah pundi-pundi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun, lahan peternakan yang tersedia saat ini dinilai masih belum cukup dimanfaatkan oleh peternak.
Baru-baru ini, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno memantau langsung peternakan sapi lokal Bali—Pesisir di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Ruminansia Air Runding Pasaman Barat. Menurutnya, peternakan lokal yang membudidayakan sapi Bali dan sapi pesisir lokal tersebut cukup berkembang dan berprospek menjanjikan.
"Saat ini jumlah sapi sulit berjumlah lebih banyak karena lahan pakan yang terkelola baru 20 hektare. Makanya jika sudah mendekati angka 400 ekor, sapi-sapi afkir dijual untuk dijadikan pendapatan asli daerah (PAD). Dan anak-anak sapi yang lahir banyak ini belum dihitung dalam data karena masih melihat pertumbuhannya dahulu,” kata Irwan melalui keterangan resmi, seperti dikutip pada Rabu (17/6/2020).
Awalnya, pemerintah pusat memberikan bantuan sebanyak 400 ekor sapi Bali pada 2015. Namun, sapi-sapi tersebut terserang wabah jembrana dan menyebabkan banyak sapi yang mati.
Dinas Peternakan Sumbar pun berinovasi dengan mengawinkan sapi Bali dengan sapi pesisir lokal Sumbar untuk meningkatkan daya tahan tubuh sapi terhadap wabah jembrana.
Saat ini, sapi di UPTD Air Runding terdata sebanyak 374 ekor. Adapun satu ekor anak sapi mati beberapa hari yang lalu karena kondisi cuaca yang kurang baik.
Lebih lanjut, Irwan mengatakan hasil penelitian Universitas Andalas menunjukkan bahwa Sumatra Barat memiliki potensi lahan untuk mengembangkan ternak sapi sebanyak 800.000 ekor, sedangkan kebutuhan konsumsi daging di Sumbar sebanyak 100 ekor per hari.
"Karena itu Pemprov Sumbar telah membuat program satu petani satu sapi, [untuk] memberikan prioritas kepada para petani untuk memiliki ternak terutama sapi. Karena petani banyak yang pendapatan atau penghasilan ekonominya masih di bawah UMR dan di bawah rata-rata sehingga perlu ditingkatkan pendapatan melalui program ini, program Triaga [perbankan, peternak dan pengusaha] dan ada banyak program lainnya," jelas Irwan.
Selain mendorong petani untuk beternak sapi, Pemprov Sumbar juga menyediakan program i-Ternak yaitu aplikasi yang dapat mempertemukan pemegang modal dengan petan atau kelompok petani yang ingin beternak.
Plh.Kadis Peternakan M Kamil menambahkan bahwa lahan UPTD Ternak Ruminansia yang kini dimanfaatkan sebagai lahan peternakan merupakan bekas Stasiun Pembibitan Ternak milik Area Development Project (ADP) yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Jerman Barat pada 1982.
"Kerja sama ini berlangsung selama lima tahun [1982-1988] dan berjalan sukses, sapi yang dimiliki saat itu lebih kurang sebanyak 500 ekor dengan areal seluas 2.000 hektare," jelasnya.