Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Fuel Terminal Riau Mulai Salurkan B30

Hal itu disampaikan oleh Unit Manager Communication & CSR MOR I Pertamina Roby Hervindo bahwa ketiga FT tersebut adalah FT Dumai, FT Siak, dan FT Tembilahan.
Bahan bakar biodiesel B30, salah satu energi baru terbarukan./Antara-Chairul Rohman
Bahan bakar biodiesel B30, salah satu energi baru terbarukan./Antara-Chairul Rohman

Bisnis.com, PEKANBARU - Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I Sumbagut mulai menyalurkan B30 melalui tiga Fuel Terminal (FT) yang ada di Provinsi Riau.

Hal itu disampaikan oleh Unit Manager Communication & CSR MOR I Pertamina Roby Hervindo bahwa ketiga FT tersebut adalah FT Dumai, FT Siak, dan FT Tembilahan.

“Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I Sumbagut, pada awal 2020 ini mulai menyalurkan B30 melalui tiga Fuel Terminal yang berada di Provinsi Riau,” kata Roby melalui keterangan resmi, Rabu (8/1/2020).

Adapun FT Dumai mendapat pasokan Fatty Acid Mathyl Ester (FAME) dari PT Intibenua Perkasatama dan PT Wilmar Bioenergi Indonesia.

Proses pencampuran B30 di FT Dumai dilakukan dengan metode tank blending. Saat ini, FT Dumai menyalurkan sebanyak 2.307 kilo liter (KL) per hari kepada 90 SPBU di Kab. Asahan, Kab. Rokan Hulu, Kab. Rokan Hilir, Kab. Bengkalis, Kab. Siak, dan Kota Dumai.

Begitu pula pencampuran B30 di FT Siak diproses sama seperti di FT Dumai dengan pasokan FAME dari PT Pelita Agung Agrindustri.

Penyalurannya pun telah diimplementasikan sebanyak 1.536 KL untuk 90 SPBU di Kota Pekanbaru, Kabupaten Inderagiri Hilir dan Hulu, Kab. Kampar, Kab. Kuantan Singingi, dan Kab. Pelalawan.

Sedangkan FT Tembilahan mendapat pasokan B30 dalam bentuk jadi dari FT Tanjung Uban. Di FT Tanjung Uban, proses pencampurannya  menggunakan New Gantry System (NGS) yaitu pencampuran FAME dan solar dengan inline blending melalui jalur pipa.
 
“FT Tembilahan sudah menyalurkan B30 sebanyak 183 KL kepada 15 SPBU yang berada di wilayah Indragiri Hilir, Tembilahan, Sungai Guntung, dan Kuala Enok,” lanjut Roby.
 
Adapun, program B30 diklaim dapat membawa manfaat peningkatkan perekonomian Indonesia melalui pengurangan volume impor solar (BBM).
 
Selain itu, imbuh Roby, implementasinya juga dapat meningkatkan penggunaan produk dalam negeri serta menjaga keberlangsungan industri sawit dalam negeri sebagai penyedia bahan baku dan produsen FAME. Pada akhirnya, kesejahteraan petani sawit akan ikut terkerek.

Berdasarkan keterangan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau, sokongan kelapa sawit di Riau mencapai 40% dari pasokan nasional. Namun ketergantungan pada pasar ekspor telah membuat harga sawit kerap tak stabil.

Lahirnya KepMen ESDM No 227 Tahun 2019 tentang penetapan komposisi FAME dari B20 menjadi B30 disebut menjadi binar baru harapan petani sawit. B30 diharapkan bisa menciptakan permintaan domestik dan multiplier effect terhadap 16 juta petani sawit.

Biosolar B30 merupakan bahan bakar solar/diesel yang telah mendapat campuran bahan bakar nabati FAME sesuai dengan arahan pemerintah terkait target bauran energi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Akhirul Anwar
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper