Bisnis.com, MEDAN – Ekspor komoditas unggulan di Sumatra Utara masih menunjukkan tren menurun.
Pada Januari-September 2019, ekspor Sumut turun 12,06% atau senilai US$795,76 juta. Untuk itu, Sumut perlu mempercepat pengembangan sumber-sumber ekonomi baru guna meningkatkan stabilitas ekonomi daerah, kata Wahyu Ario Pratomo, ekonom dari Universitas Sumatra Utara (USU).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor periode Januari-September 2019 tercatat US$5,80 miliar, menurun 12,06% dibandingkan dengan periode yang sama 2018 yang US$6,59 miliar.
Wahyu mengatakan penurunan ekspor itu seharusnya dapat diantisipasi apabila Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Simalungun, yang menjadi kawasan industri berbasis pengolahan sawit dan karet, dapat bekerja dengan optimal.
Menurutnya, selama ini produksi cukup besar namun hanya diekspor dalam bentuk barang setengah jadi.
“Harusnya jika hilirisasi industri CPO di Sumut sudah berjalan dengan baik, CPO dapat dimanfaatkan di dalam negeri. Jadi meski ada sentimen negatif yang mempengaruhi ekonomi dunia, ekspor Sumut masih bisa aman,” ungkapnya kepada Bisnis pada Kamis (7/11/2019).
Wahyu mengutarakan harusnya jika hilirisasi industri CPO di Sumut sudah berjalan dengan baik, CPO dapat dimanfaatkan di dalam negeri.
Dia menambahkan saat ini ketersedian sarana dan prasarana di KEK Sei Mangkei sudah memadai, tinggal bagaimana dapat mengundang dan meyakinkan investor bahwa KEK tersebut memiliki kelebihan dibandingkan dengan kawasan lainnya.
Namun, dalam pandangannya, KEK Sei Mangkei belum berjalan optimal. Oleh karena itu, Wahyu berharap pemerintah dan badan pengelola dapat meyakinkan investor terkait fasilitas yang diperoleh di kawasan ekonomi khusus, termasuk dengan insentif skema perpajakan.
Dia mengingatkan saat ini Indonesia menghadapi persaingan yang ketat dalam mengundang investor asing. Jadi, pemerintah perlu memberlakukan pembebasan pajak (tax holiday) bagi investor asing.