Bisnis.com, MEDAN – PT Kawasan Industri Nusantara (Kinra), pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun, mengungkap KEK akan ikut terkena dampak dari penetapan tarif impor oleh Amerika Serikat ke sejumlah negara mitra dagang.
Direktur Utama PT Kinra VT Moses Situmorang mengatakan penetapan tarif sebesar 19% terhadap barang-barang dari Indonesia ke AS tak hanya mengonfirmasi kepastian beban tambahan bagi pelaku usaha, tetapi juga berpeluang menjadikan Indonesia menjadi target tujuan investasi baru dunia. Hal ini mengingat tarif resiprokal untuk Indonesia yang tercatat menjadi yang terendah di Asia Tenggara.
“Peluang Indonesia untuk menjadi tujuan investasi dunia, khususnya pada Kawasan Ekonomi Khusus, yang telah ditetapkan pemerintah akan terbuka cukup lebar mengingat Indonesia memiliki keunggulan strategis,” kata Moses, Kamis (17/7/2025).
Moses menyinggung soal kebijakan investasi dan insentif khusus pada KEK, baik berupa pajak impor dan pertambahan nilai sebesar 0%, serta pemberlakuan pembebasan Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang disesuaikan dengan nilai investasi.
Selain itu, Indonesia disebutnya memiliki sumber daya yang melimpah khususnya untuk bahan baku industri seperti sawit, karet, dan tebu, ditambah pula dengan situasi politik dan keamanan Indonesia yang terbilang cukup stabil selama kurang lebih dua dekade terakhir.
Adapun di KEK Sei Mangkei, lanjut Moses, daya tarik dan daya saing yang ditawarkan tak kalah kompetitif. Moses menjelaskan bahwa KEK Sei Mangkei memberlakukan skema insentif khusus dengan menawarkan rangkaian insentif fiskal maupun non fiskal seperti pembebasan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan kemudahan izin.
Baca Juga
“Dengan demikian, biaya produksi dapat ditekan. Ini membantu menjaga daya saing ekspor ke Amerika Serikat meski ada tarif tinggi,” jelas Moses.
Selain itu, KEK Sei Mangkei merupakan pusat hilirisasi komoditas strategis di Sumatra Utara yang fokus pada pengolahan sawit, karet, dan agroindustri lain. Tidak hanya meningkatkan nilai tambah, hal ini akan membuka jalur penetrasi ke pasar non-Amerika Serikat seperti Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Lalu, KEK SEI Mangkei menawarkan diversifikasi pasar ekspor yang sejalan dengan saran diversifikasi melalui perjanjian RCEP dan kemitraan baru. Penguatan KEK disebut Moses akan menghadirkan alternatif bagi eskportir yang terdampak tarif AS.
Terakhir, ujarnya, akses terhadap infrastruktur dan logistik. “Sei Mangkei sudah memiliki fasilitas pelabuhan, energi, dan akses jalan sehingga percepatan distribusi hasil produksi ke pasar global dapat dicapai lebih efisien,” ujar Moses.
Kendati, jelas Moses, KEK Sei Mangkei tetap perlu melakukan inovasi agar dapat memikat negara-negara calon investor. Dia menyebut ada sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan seperti peningkatan dalam efisiensi logistik dan kapasitas pelabuhan, dan perlunya percepatan integrasi digital juga ekosistem manufaktur lanjutan seperti yang dilakukan Vietnam dan Thailand. “Perlu juga promosi dan branding global agar KEK Sei Mangkei lebih dikenal investor asing,” tandasnya.
Berikut matrik daya tarik investasi KEK Sei Mangkei dibandingkan dengan kawasan industri sejenis di negara-negara Asia Tenggara.
Matrik Daya Tarik Investasi KEK Sei Mangkei Tahun 2025
Aspek Penilaian |
KEK Sei Mangkei (Indonesia) |
Fokus Industri |
Hilirisasi CPO, karet, kimia, energi terbarukan |
Insentif Investasi |
Tax holiday, tax allowance, PPN & bea masuk 0%, OSS |
Akses Bahan Baku |
Sangat dekat (Sumatera kaya SDA) |
Dukungan Pemerintah |
Tinggi (proyek prioritas nasional) |
Akses Infrastruktur |
Tersedia: pelabuhan Kuala Tanjung, kereta api, kawasan terpadu |
Upah Tenaga Kerja |
Kompetitif (USD 180–250/bulan) |
Populasi Tenaga Kerja Lokal |
Melimpah, daerah padat penduduk |
Konektivitas Ekspor |
Pelabuhan ekspor di Kuala Tanjung, dekat Selat Malaka |
Ketersediaan Lahan |
Luas: ±2.000 ha dikembangkan tahap awal |
Fokus Keberlanjutan (ESG) |
Menuju green industry (biomassa, biodiesel) |