Bisnis.com, MEDAN— Sumatra Utara (Sumut) sampai dengan September 2019 masih mencatatkan angka inflasi yang tinggi, di atas angka nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatatkan pada September 2019, inflasi Sumut mencapai 3,49%. Meski angka tersebut sudah tertekan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, inflasi Sumut masih terbilang tinggi.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Sumatra Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengakui inflasi Sumut masih tinggi, masih di atas angka rata-rata nasional.
“Kalau kita manusia, sudah stroke itu, kita ini. Kalau kebawahan [terlalu rendah] juga bisa stroke,” kata Edy dikutip Kamis (3/10/2019).
Dia mengatakan Sumut masih kalah dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), lantaran angka inflasi di daerah tersebut masih lebih bagus jika dibandingkan dengan Sumut.
Padahal, lanjutnya, di Sumut semuanya ada, potensinya besar, demografi begitu tinggi, rakyatnya pintar-pintar, kekayaan alamnya begitu banyak dan kaya. Sehingga tidak ada alasan masyarakat Sumut tidak sejahtera.
Baca Juga
Menurutnya, di Sumut memiliki banyak lahan, tanaman cabai begitu subur, panen cabai begitu segar, tapi tidak tahu cabainya kemana.
"Ini karena tidak ada yang mengawal para petani kita. Inilah kita ketok para bupati dan wali kota untuk bersama-sama gubernurnya, sama-sama hadir di tengah masyarakat," sebutnya.
Sebelumnya telah dilakukan rapat koordinasi dengan Pemda se-Sumut sebagai salah satu upaya untuk menemukan solusi untuk pembangunan perekonomian di Sumut.
Dia berharap rakor tersebut dapat dijadikan satu landasan untuk menjadi panduan untuk dilaksanakan dalam membangun ekonomi yang lebih baik ke depan.
"Rakor ini untuk mempercepat, mengevaluasi apa yang sudah kita cita-citakan sesuai dengan kemampuan kita. Kita perbaiki kenapa inflasi tinggi, rupanya karena cabai. Kan bohong kalau karena cabai inflasi kita jadi naik. Berarti ada yang salah di situ. Kehadiran pemerintah itulah untuk memperbaiki yang salah itu," ujarnya.