Bisnis.com, MEDAN--Dibandingkan dengan provinsi lainnya, Sumatra Utara masih tertinggal dalam hal sport tourism.
Misalnya, Sumatra Selatan yang telah memiliki Kompleks Jakabaring Sport City, kemudian Palembang yang telah sukses menggelar Motocross Grand Prinx (MXGP) 2019.
Promosi wisata boleh relatif lebih mudah dilakukan melalui wisata olahraga internasional. Gelaran seperti itu dapat membuat jutaan mata dari seluruh dunia mengikuti peristiwa itu. Tidak mengherankan, Sumatra Utara juga tak mau ketinggalan untuk ikut serta mengembangkan sport tourism.
Belum lama ini Sumatra Utara menjadi tuan rumah Asia-Pasific Rally Championship (APRC) 2019 setelah 10 tahun absen. Sebelumnya, Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi mengatakan ajang tersebut dapat mendongkrak pariwisata Sumut. Apalagi, Sumatra Utara ditargetkan dapat menarik satu juta wisatawan.
“Kejuaraan internasional seperti ini akan menarik perhatian internasional dan nasional. Bukan hanya rally sebenarnya, semua kita upayakan, sepeda, lari dan lain-lain,” katanya.
Setelah sukses pada gelaran tersebut, lanjut Edy, Sumatra Utara memiliki potensi besar menjadi tuan rumah World Rally Championship (WRC) pada 2020.
Menurut Edy, gelaran tersebut akan berdampak lebih besar pada pariwisata Sumut dan Indonesia. “Kami targetkan akan menjadi tuan rumah. Itu akan meningkatkan pariwisata kita [Sumut] secara signifikan,” katanya.
Ketua Pengprov IMI Sumut Faisal Arif Nasution mengatakan sudah satu dekade Sumut absen menjadi tuan rumah APRC, dengan penyelenggaraan tersebut diharapkan dapat menjadi penanda kebangkitan olahraga reli di Sumut.
“Kami berharap FIA memberikan kepercayaan kepada kita untuk menjadi tuan rumah WRC 2020,” katanya.
Pemprov Sumut melalui Dinas Pariwisata Sumatra menganggarkan Rp5 miliar untuk mendukung suksesnya wisata olahraga yang bakal digelar pada 2020.
Anggaran tersebut direncanakan untuk mengembangkan gelaran balap mobil, sepeda motor, dan lomba lainnya yang bersifat sport. Kendati begitu, anggaran tersebut belum dirinci lantaran masih dalam tahap pembahasan.
Dengan anggaran tersebut, wisata olahraga ditargetkan dapat mendorong kenaikan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke Sumatera Utara. Apalagi, dengan penetapan Danau Toba sebagai kawasan strategis pariwisata nasional, Faisal meyakini sektor pariwisata bakal meningkatkan pendapatan Sumatera Utara.
Bahkan, Menteri Pariwisata Arief Yahya mendorong Pmprov Sumut untuk mengembangkan sport tourism di kawasan Danau Toba. Harapannya hal tersebut dapat lebih merangsang kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara di kawasan Danau Toba.
“Sudah bisa lah ada [bangun] sport tourism, karena di sini sangat cocok seperti Triathlon level dunia. Untuk atraksinya nanti silakan Pak Gubernur berkreativitas. Mikirnya harus kelas dunia,” kata Arief.
Arief menyarankan agar Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi membangun sport tourism di kawasan wisata Danau Toba. Tujuannya, lanjut Arief, agar para turis ramai berkunjung ke Danau Toba. Tentu hal tersebut harus ditopang dengan infrastruktur, utilitas, dan atraksi.
Arief optimistis Gubernur Sumut sanggup menggelar berbagai atraksi kelas dunia di Danau Toba, layaknya sirkuit Moto GP di Mandalika Lombok. Selain itu, lanjutnya, dia juga meminta kepada gubernur Sumut untuk membuat akses pembangunan jalan ke Danau Toba demi mempermudah akses wisatawan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara (wisman) Sumatra Utara pada Juni 2019 mencapai 21.444 kunjungan atau meningkat 11,19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 19.286 kunjungan.
Kepala Badan Pusat Statistik Sumatra Utara Syech Suhaimi mengatakan wisman Malaysia merupakan pengunjung dominan di Sumatra Utara, mencapai 7.766 kunjungan atau naik sebesar 36,22 persen dari total wisman yang berkunjung.
“Kenaikan jumlah wisman tersebut tertinggi terjadi pada pintu masuk Bandar Udara Internasional Kualanamu yang mengalami kenaikan 5,93 persen dan melalui pelabuhan laut Tanjungbalai naik sebesar 5,26 persen, dan pelabuhan laut Belawan turun 80 persen,” jelasnya.
Suhaimi menjelaskan dari sisi asal negara Malaysia masih mendominasi yakni sebesar 36,22 persen, diikuti Singapura 6,54 persen, Tiongkok 2,47 persen, Australia 2,09 persen, Amerika Serikat 1,83 persen, Jerman 1,36 persen, Inggris 1,13 persen, India 1,05 persen,Prancis 1,03 persen, dan Belanda 1,01 persen.
“Jumlah wisman dari sepuluh negara tersebut adalah 54,73 persen dari total kedatangan wisman di Sumatra Utara,” lanjutnya.
Sementara itu, kenaikan jumlah kunjungan wisman bulan Juni 2019 terhadap Mei 2019 mencapai 31,97 persen. Hal itu sejalan dengan total kunjungan wisman ke Indonesia pada Juni 2019 yang mengalami kenaikan sebesar 15,48 persen atau dari 1,25 juta kunjungan menjadi 1,45 juta kunjungan.