Bisnis.com, PALEMBANG – Produk olahan kelapa berupa santan asal Sumatra Selatan berhasil menembus pasar ekspor dengan tujuan ke China, Hong Kong dan Thailand.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, mengatakan untuk menembus pasar mancanegara tidak mudah.
“Karena komoditas pertanian harus memenuhi standar yang dipersyaratkan dengan kualitas dan keamanan pangan produk yang sangat ketat,” katanya, Sabtu (10/8/2019).
Rudi mengatakan perkembangan ekspor santan kelapa dalam bentuk beku meningkat sejak Juni 2019 seiring tingginya permintaan dari negara konsumen di Asia tersebut.
Adapun eksportir produk olahan kelapa itu adalah PT Kelapa Puncak Nusantara yang telah mengekspor mulai tahun 2018.
PT Kelapa Puncak Nusantara telah mengekspor sebanyak 757,7 ton dengan frekuensi pengiriman sebanyak 16 kali hingga Juli 2019. Adapun total nilai ekspor produk tersebut mencapai Rp2,85 miliar.
Selanjutnya, perusahaan melanjutkan ekspor santan kelapa sebanyak 79,2 ton ke China dan 12,6 ton ke Hong Kong senilai total Rp1,07 miliar pada Sabtu, (10/8/2019) yang dilepas langsung oleh Gubernur Sumsel Herman Deru.
Menurut Rudi, santan kelapa di China dijadikan sebagai produk makan dan minuman, salah satunya coconut juice dan bahan baku pembuatan makanan dan kue kemasan.
Dia mengatakan perlu kerja sama yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pelaku usaha agar produk perkebunan dapat lebih mudah menjajal pasar ekspor.
Dia mencontohkan Balai Karantina Pertanian harus memastikan kelayakan bahan baku, pasca produksi hingga produk siap diekspor serta memenuhi persyaratan fitosanitan.
“Sementara dari Dinas Perkebunan memfasilitasi ketersediaan bahan baku baik dari petani kelapa berupa kelapa batok maupun daging buah kelapa,” katanya.
Berdasarkan catatan Disbun Sumsel, luas perkebunan kelapa di daerah itu mencapai 65.878 hektare dengan produksi sebanyak 57.298 ton kopra.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan pihaknya mendukung langkah industri pengolahan kelapa di provinsi itu.
“Ekspor produk olahan patut diapresiasi karena akan berimbas pada ekonomi petani kelapa di Sumsel. Sebagai kepala daerah, saya sangat bangga, karena ini sebuah langkah besar yang berdampak langsung kepada para petani kelapa,” katanya.
Deru menilai penghiliran komoditas kelapa merupakan solusi untuk mengatasi masalah rendahnya harga jual kelapa di tingkat petani.
Dirinya juga mengingatkan semua pihak terkait untuk memberikan insentif kepada para pelaku usaha dalam bentuk memudahkan perizinan. Karena masih banyak komoditas lain yang memiliki nilai jual seperti halnya kelapa.
Kepala Balai Karantina Pertanian, Ali Jamil, mengatakan , tidak hanya negara Cina dan Hongkong yang menerima kelapa dari Sumsel namun jug Belanda dan Amerika Serikat.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Palembang, Bambang Hesti, menambahkan pihaknya mencoba mengatasi rendahnya harga kelapa dengan mencari nilai tambah.
“Jika sebelumnya yang di eskpor dalam bentuk kelapa bulat. Maka kali ini ekspor dalam bentuk santan kelapa,” katanya.