Bisnis.com, PALEMBANG – Komersialisasi aset di dalam stasiun kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Sumsel ditargetkan terealisasi pada semester II tahun ini dengan harapan bisa berdampak positif terhadap peningkatan jumlah penumpang moda transportasi itu.
Kepala Seksi Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Perkeretaapian Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumsel, Eben Torsa, mengatakan sudah banyak permintaan dari pihak swasta, seperti perbankan, ritel dan makanan yang ingin memanfaatkan stasiun LRT.
“Sudah banyak yang minta tetapi kami perlu menyelesaikan sejumlah tahapan dulu untuk nantinya bisa menghadirkan pusat komersil di stasiun,” katanya di sela acara FGD terkait transit oriented development (TOD) LRT Sumsel yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Perhubungan di Palembang, Kamis (11/4/2019).
Eben memaparkan saat ini pihaknya sedang mengurus dokumen Badan Layanan Umum (BLU) di Kementerian Keuangan. Begitu BLU berdiri maka Balai Pengelola Kereta Api Ringan dapat membahas tarif sewa untuk komersialisasi aset.
“Ini [komersialisasi aset LRT] berbeda dengan MRT Jakarta karena kalau MRT sudah dikelola oleh BUMD, kalau Sumsel perlu bentuk BLU dahulu baru bisa bahas tarif sewa,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumbagsel Kementerian Perhubungan, Sugiyanto, mengatakan komersialisasi aset di dalam stasiun bisa beragam, mulai dari penamaan stasiun, tenant, ATM center, videotrone, banner hingga stiker lift dan eskalator.
“Komersialisasi juga bisa diterapkan di luar stasiun, seperti iklan pada pilar, portal hingga parapet jalur LRT Sumsel,” ujarnya.
Dia menjelaskan terdapat 12 titik yang berpotensi menjadi ATM center, 72 titik untuk tenant dengan ukuran mulai dari 2x2 meter hingga 4x6 meter dan 36 titik untuk standing videotrone.
Sugiyanto mengatakan komersialisasi aset juga dapat berdampak positif terhadap pendapatan LRT.
Dia menjelaskan pihaknya memerkirakan pengeluaran untuk LRT Sumsel sepanjang tahun ini sekitar Rp130 miliar, sementara pendapatan diproyeksi hanya Rp40 miliar. Sehingga terdapat defisit sekitar Rp94,8 miliar yang perlu disubsidi pemerintah untuk operasional kereta ringan tersebut.
Adapun jumlah penumpang LRT Sumsel per Maret 2019 tercatat sebanyak 151.326 penumpang atau meningkat dibanding bulan sebelumnya yang sebanyak 108.978 penumpang.