Bisnis.com, MEDAN – Di tengah tren perkembangan sektor properti yang belum sepenuhnya pulih, PT Waskita Karya Realty masih optimistis dengan pasar hunian eksklusif di Medan, Sumatra Utara.
Anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) itu tengah membangun proyek apartemen di atas lahan seluas 7.000 meter persegi dengan nama The Reiz Condo yang terletak di jantung Kota Medan.
Kusuma Jaya, Project Director The Reiz Condo, mengatakan siklus industri properti nasional dan khususnya di Sumut masih belum kembali ke titik normal.
Kondisinya semakin berat karena terjadinya kebakaran di proyek apartemen tersebut baru-baru ini. Walaupun si jago merah tak sampai mengakibatkan dampak buruk terhadap konstruksi bangunan, tak ayal kejadian tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan untuk mengembalikan kepercayaan konsumen.
Meski demikian, Kusuma mengaku masih mampu melakukan penjualan beberapa unit apartemen setiap bulannya yang terdongkrak berbagai program aktivasi dan promosi.
“Siklus properti sekarang sedang naik ke atas setelah dulu sempat turun, tapi belum masuk posisi normal. Kami tiap bulan tetap menjual dan melakukan event-event. Performa masih lebih lambat dari target, tapi alhamdulillah kami masih bisa closing,” katanya saat ditemui Bisnis di kantornya, Selasa (7/8/2018).
510 Unit Kamar
The Reiz Condo terdiri dari 510 unit kamar dalam satu tower bangunan, mayoritas merupakan tipe 1 single room dengan luas 55 meter persegi. Dari jumlah itu, hanya 490 unit yang dipasarkan kepada konsumen, dengan harga terendah berkisar Rp1,3 miliar – Rp1,4 miliar per unit.
“Yang terjual sudah mencapai 65%,” kata Kusuma.
Dalam memasarkan The Reiz Condo, pihaknya menyasar masyarakat dari segmen ekonomi atas. Untuk itu, perseroan kerap melakukan pameran ke berbagai kota seperti Pekanbaru, Aceh, DKI Jakarta, hingga ke Malaysia dan Singapura.
Namun, sejauh ini, mayoritas pembeli unit apartemen mewah tersebut merupakan kalangan pengusaha dari Kota Medan dan bertindak sebagai end user.
Dia menjelaskan, proses pengurusan perizinan The Reiz Condo dimulai sejak 2015 dan kontruksi berjalan setahun kemudian. Hingga saat ini, lanjut Kusuma, konstruksi sudah mencapai 95% dan pihaknya tinggal menyelesaikan tahap finishing.
Target Tahun 2019
Waskita Karya Realty menargetkan serah terima ke konsumen dapat dilakukan pada paling cepat pada Juni 2019.
“Beberapa kelebihan kami antara lain dari segi letak, kami ada di kawasan titik 0 Kota Medan, jadi sangat strategis. Kami juga memikirkan kenyamanan penghuni, makanya konsep kami 1 unit apartemen, 1 unit parkir space.”
Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, Tomi Wistan, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut Bidang Properti, mengatakan konsumen dan pelaku usaha di Sumut masih sama-sama menahan investasi.
Hal itu, kata Tomi, tergambar dari pertumbuhan sektor properti di Sumut yang cenderung lesu pada hampir semua segmen.
Hingga akhir kuartal II dan memasuki bulan pertama kuartal III/2018, pasar properti di Sumut secara keseluruhan masih melambat, walaupun ada beberapa pengembang yang penjualannya justru tumbuh.
“Dengan kondisi 4 tahun terakhir ini di mana industri properti melambat, banyak yang wait and see, tidak melakukan ekspansi sampai situasi membaik. Segmen menengah atas turun karena kondisi keuangan masyarakat atau pengusaha yang tak lagi berinvestasi secara jor-joran, semuanya penuh perhitungan, termasuk untuk beli properti,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Konsumen Selektif
Pelemahan di sisi permintaan properti, kata Tomi, disebabkan konsumen yang menahan belanja. Selain itu, transparansi pajak dan program Tax Amnesty diduga juga ikut berperan membuat konsumen lebih seletif dan tidak lagi jor-joran berinvestasi.
Sejalan dengan turunnya permintaan konsumen, dari sisi pelaku usaha juga ada penundaan investasi dan ekspansi usaha sambil menunggu perkembangan ekonomi dan kondisi politik di Tanah Air.
Banyak pelaku usaha properti yang berusaha ganti segmen bisnis dari menengah atas ke segmen menengah bawah. Bahkan tak sedikit yang berganti profesi. Dibandingkan dengan empat tahun lalu, dia memperkirakan hanya ada sekitar 50% yang masih bertahan dan menjalankan bisnis properti tersebut.
“Faktor-faktor ini yang membuat segmen properti tidak terlalu bergairah. Akibatnya 174 sektor yang terkait dengan properti juga masih lambat,” katanya.