Bisnis.com, PADANG - Bank Indonesia meyakini inflasi Sumatra Barat sepanjang tahun ini bakal lebih terkendali, termasuk momen Ramadan dan Lebaran yang acapkali menyebabkan inflasi tinggi karena lonjakan harga.
Kepala BI Perwakilan Sumbar Endy Dwi Tjahjono mengatakan inflasi daerah itu bakal lebih terkendali, jika semua pihak ikut terlibat mengatasi potensi kenaikan harga-harga pokok selama Ramadan dan Lebaran.
Apalagi, inflasi April lalu juga terbilang rendah yaitu hanya 0,02%, sehingga tekanan inflasi bisa distabilkan dengan memastikan pasokan komoditas pokok dan jaminan stabilitas harga. Otoritas moneter itu mencacat inflasi Sumbar bulan lalu hanya 0,02% dan jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,31%.
“Tekanan inflasi April 2018 berasal dari kenaikan harga BBM nonsubsidi dan harga rokok putih. Kalau dari kelompok volatile food cukup stabil,” katanya, Minggu (6/5/2018).
Menurutnya, kenaikan harga BBM nonsubsidi terutama jenis pertalite dan solar nonsubsidi ikut menyababkan inflasi daerah itu. Begitu juga kenaikan harga rokok putih karena penyesuaian harga gradual yang dilakukan penjual untuk menyesuaikan dengan tarif cukai rokok juga ikut mengerek inflasi.
Barometer
Baca Juga
Untuk dua kota yang menjadi barometer ekonomi Sumbar yakni Padang dan Bukittinggi, sepanjang April lalu masing-masing hanya mengalami inflasi sebesar 0,01% dan 0,18%.
Endy mengingatkan meski optimistis inflasi Sumbar lebih terkendali tahun ini, beberapa komoditas pokok perlu mendapatkan perhatian khusus, seperti cabai merah, bawang merah, dan beras.
“Komoditas pangan pokok harus menjadi perhatian serius, karena ada kecenderungan kenaikan yang signifikan di bulan Ramadan dan Lebaran,” katanya.
Secara keseluruhan, BI Sumbar menargetkan inflasi daerah itu sepanjang tahun ini berada di kisaran 3,5% plus minus 1%.