Bisnis.com, PALEMBANG – Kinerja penyerapan beras oleh Perum Bulog Divre Sumsel Babel anjlok hingga dua kali lipat sejak pemberlakuan harga eceran tertinggi (HET) beras.
Kepala Perum Bulog Divre Sumsel Babel Bakhtiar mengatakan hingga saat ini penyerapannya baru mencapai 30% dari target 100.000 kilogram beras hingga akhir tahun ini.
"Iya, hingga saat ini penyerapan baru 30%, lantaran para petani lebih memilih melempar langsung ke pedagang swasta besar ,” katanya baru-baru ini.
Bakhtiar menjelaskan, Bulog membeli beras petani sesuai dengan harga penetapan pemerintah (HPP). Sedangkan perusahaan membeli lebih tinggi. "Tentu kondisi memang sangat menguntungkan petani," ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya pesimistis serapan beras dari petani tidak akan mencapai target. Hingga akhir tahun paling mencapai 40%.
“Meski bulog tidak mencapai target, namun lain pihak kondisi ini menguntungkan bagi petani. Pasalnya, jika stok terlalu banyak, maka tidak maksimal dan aman,” katanya.
Sejauh ini, kata dia, stok beras yang ada digudang bulog 40 ton. Stok tersebut mampu bertahan lima hingga enam bulan. Saat ini beberapa wilayah penghasil beras di Sumsel tengah musim panen seperti Banyuasin, OI dan OKI serta daerah lainnya.
Sementara itu, Kadis Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel, Erwin Noor Wibowo mengatakan dengan waktu tanam yang lebih cepat, sebagai bagian dari antisipasi kebakaran hutan dan lahan (Kathurla) tahun ini, petani memiliki waktu tanam yang lebih banyak.
Setelah bisa panen nantinya, petani bisa memilih tanaman sela, seperti palawija, “Tahun ini, petani Sumsel hampir serentak bertanam pada November, dan akan panen pada Januari-Februari nanti,” ujarnya.
Adapun target produksi sebanyak 4,7 juta ton dengan target surplus mencapai 2,5 juta ton, maka beras Sumsel akan banjir di pasaran awal tahun ini. “Oleh karena itu, perlu juga penyerapan tinggi dari Bulog,”ungkapnya
Erwin mengat akan selain penyerapan Bulog, beras petani Sumsel dengan panen lebih awal akan lebih mudah diterima pasar. Mengingat, waktu panen beras di daerah lain baru terjadi pada setelah Maret. Sehingga, sebelum beras luar Sumsel membanjiri pasar, maka beras Sumsel sudah terlebih dahulu berada di pasaran.
“Menanam lebih awal, panen lebih cepat. Ini strategi pasar juga, karena beras luar Sumsel belum panen. Berarti pasar beras Sumsel bisa lebih luas, misalnya ke Jawa dan lainnya di luar Pulau Sumatra,” jelasnya.