Bisnis.com, PALEMBANG – Investasi perusahaan untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan diklaim telah berhasil meniadakan kemunculan titik api di areal perkebunan kelapa sawit Sumatra Selatan.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel Harry Hartanto mengatakan anggotanya sejak jauh-jauh hari mengantisipasi kemunculan titik api yang berasal dari luar konsesi. Untuk itu, Gapki Sumsel telah melatih 176 instruktur pemadam api dan mendirikan posko pencegahan kebakaran di 165 titik.
“Ini investasi tidak kecil. Biaya harian untuk mereka tidak kecil. Jadi kami siapkan betul-betul,” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (22/8/2017).
Harry mengakui sepanjang bulan ini terjadi fenomena peningkatan titik api di luar areal perkebunan yang dikhawatirkan merembet ke dalam konsesi. Bahkan, dia mencontohkan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dua perusahaan anggota Gapki baru saja ikut memadamkan api di perkebunan masyarakat.
Berbekal kesiapan anggotanya, Harry menjamin sampai akhir tahun tidak ada titik api di area perkebunan. Jangan sampai, imbuh dia, isu kebakaran dimanfaatkan untuk kembali memojokkan industri kelapa sawit Sumsel dan Indonesia. “Kami tidak mau terkena getah kebakaran.”
Berdasarkan data Gapki, saat ini perkebunan kelapa sawit di Sumsel yang dioperasikan perusahaan dan masyarakat masing-masing seluas 638.889 hektare (ha) dan 692.129 ha. Perkebunan masyarakat terbagi 325.301 ha milik petani plasma dan 366.828 milik petani swadaya.
Pada Selasa (22/8/2017), Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumsel memantau keberadaan sembilan titik api di daerah tersebut. Titik api terbanyak di Kabupaten Muara Enim dengan empat titik api dan sisanya masing-masing satu titik di Banyuasin, Ogan Ilir, OKI, Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, dan OKU Timur. Jumlah titik api naik dari empat titik sehari sebelumnya.
Satgas Karhutla Sumsel lantas bergerak cepat memadamkan api dengan menjatuhkan bom air dan memodifikasi cuaca. Secara bersamaan, aparat TNI, Polri, Manggala Agni, dan pemilik perkebunan serta kehutanan bergerak di darat.
Harry mengatakan koordinasi perusahaan dengan aparat dilakukan secara kontinu agar tindakan penanggulangan pun berjalan cepat. Dia menilai kerja sama ini berhasil berkat status siaga darurat yang ditetapkan Pemprov Sumsel sejak awal tahun.
Selain Sumsel, provinsi lain yang telah menetapkan status siaga darurat adalah Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Keenam provinsi ini merupakan kontributor kebakaran hutan dan lahan pada 2015.
Selain pengusaha kelapa sawit, pemegang konsesi hutan tanaman industri pun memastikan kebakaran hutan yang sejauh ini terjadi di Sumsel tidak berasal dari areal konsesi.
“Alhamdulillah aman terkendali. Kebakaran yang di Kabupaten Ogan Ilir juga bukan di konsesi tetapi lahan milik pribadi [masyarakat],” kata Ketua Komisariat Daerah Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Sumsel Iwan Setiawan.
Saat ini, anggota APHI di Sumsel tercatat sebanyak 17 unit manajemen. Setiap perusahaan HTI juga mengadakan kemitraan dengan masyarakat sekitar konsesi untuk mencegah penggunaan api dalam aktivitas pembukaan lahan.