Bisnis.com, MEDAN - Para mitra Grab yang tergabung dalam Asosiasi Driver Online mengajukan protes kepada manajemen perusahaan aplikasi itu di Medan, Senin (10/7/2017).
Mereka mengajukan protes dengan mendatangi kantor manajemen Grab di Kompleks CBD Polonia, Medan. Diwarnai dengan pembentangan poster-poster tuntutan, mereka berorasi di depan pintu masuk kantor Grab.
"Ada empat hal yang kami permasalahkan kepada manajemen Grab," ujar Koordinator Asosiasi Driver Online (ADO), Pandu, di sela aksi.
Pertama, jelasnya, ADO memerotes skema pekerjaan yang dinilai dibuat Grab sesuka hati. Seminggu terakhir, Grab membuat skema sembilan trip seminggu. Namun di minggu berikutnya, Grab mengubah tanpa konfirmasi terlebih dahulu ke driver.
Kedua, masalah insentif. ADO menilai Grab tidak transparan dalam penerapan bonus dan insentif yang diterima driver.
"Tidak ada rekapitulasinya. Tidak ada catatan yang diberikan kepada driver. Berapa potongannya, berapa nominal yang sudah kami capai dan berapa yang disetorkan ke rekening kami," jelasnya.
Manajemen Grab dinilai tidak ada transparansi, tidak ada keterbukaan kepada para driver.
Ketiga adalah masalah sanksi (suspend). Selama ini suspend diberikan Grab secara sepihak. Tidak ada konfirmasi terlebih dahulu kepada driver yang terkena suspend mengenai kesalahan yang dilakukan.
Dan ketika driver yang bersangkutan ingin mengaktifkan lagi akunnya, harus membayar dengan nominal yang tidak memiliki ukuran resmi. Ada yang dipotong sebesar bonus yang dimiliki driver sebelum terkena suspend dan ada juga yang diharuskan membayar Rp700 ribu saat di akunnya tidak memiliki saldo.
Keempat adalah masalah THR, manajemen Grab dianggap telah melakukan pemotongan secara tidak transparan. Ada yang mengalami pemotongan 20%, 15% dan 6% dan ada tambahan pemotongan 10% lagi.
Manajemen Grab disebutkannya membroadcast ke semua driver bahwa bonus adalah sebesar Rp10 juta plus plus. Menurut dia, bila demikian seharusnya tidak ada pemotongan.
Karena itu mereka datang ke kantor manajemen Grab di Medan untuk memertanyakannya. Grab akan diminta untuk memperjelas keempat masalah di atas, yakni soal skema, insentif, suspend dan pemotingan THR.
Hal itu dipertanyakan karena tidak ada kesepakatan atau pemberitahuan sebelumnya yang disampaikan Grab saat menerima bergabungnya para driver.
"Pemotongan kami cuma 15%, itu saja yang ada saat training driver."
Kendati demikian dia mengatakan bahwa manajemen Grab tidak bersedia menerima kedatangan mereka. Mulai dari kedatangan mereka sekitar pukul 11.30 WIB sampai dengan jam 2 siang-an.
"Mereka (manajemen Grab) tidak mau menerima kita untuk empat orang masuk ke dalam. Mereka hanya mau menerima tiga orang."
ADO menginginkan empat orang yang terdiri dari dua driver yang terkena suspend, satu orang untuk mendokumentasikan pertemuan dan satu lagi sebagai perwakilan asosiasi sebagai juru runding.
" Tetapi mereka (manajemen Grab) tidak terima kami membuat dokumentasi."
Dengan hasil dari upaya protes yang dianggap buntu tersebut, lanjutnya, ADO berencana untuk menempuh jalur hukum. Yakni dengan mengajukan gugatan ke pihak manajemen Grab.
Sementara itu, manajemen Grab di Medan belum bersedia memberikan konfirmasi kepada bisnis terkait dengan masalah yang dimunculkan ADO tersebut.