Bisnis.com, MEDAN - Bulog Divre Sumut belum melakukan penyerapan hasil produksi bawang petani sampai dengan pertengahan April akibat beberapa faktor, termasuk kualitas dan harga pasar.
Kepala Bulog Divre Sumut Imran Rasydy Abdullah mengungkapkan, dari hasil survei yang dilakukan pihaknya belum lama ini di sejumlah daerah ditemukan panen bawang yang tidak sesuai dengan harapan.
"Bukan gagal panen, tapi buahnya tidak seperti yang biasa," kata dia, Rabu (26/4).
Dijelaskan, dari hasil survei di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, dengan luas lahan 250 hektare, harga di tingkat petani berada di kisaran Rp10.000 sampai Rp11.000. Kemudian di Kecamatan Sabungan, Kabupaten Dairi, dengan luas lahan 30 hektare, harga di petani Rp18.000 sampai Rp19.000.
Dengan kondisi harga itu, dia menilai bahwa Bulog belum wajib menyerap hasil bawang petani, kecuali jika terjadi gagal panen akibat cuaca dan faktor tidak terduga lainnya.
Terlebih, dalam survei diketahui juga bahwa panen bawang serentak bawang di Kabupaten Karo akan dilakukan pada akhir April, sama seperti di Kabupaten Dairi.
Dan dari survei yang dilakukan, lanjutnya, Bulog Sumut menyimpulkan bahwa kualitas bawang yang saat ini dihasilkan berada di bawah normal sehingga harga menjadi lebih murah. Kondisi itu dia yakini terjadi akibat faktor cuaca.
"Bulog hanya akan membeli bawang merah bila harga berada di bawah harga Permendag dan kualitas yang normal."
Pada 9 September 2016 Kementerian Perdagangan menerbitkan Permendag Nomor 63/2016 untuk menetapkan harga acuan tujuh komoditas pangan, di mana salah satunya adalah bawang merah. Harga acuan ini menjadi patokan bagi Bulog melakukan pengadaan atau pembelian hasil petani untuk stabilisasi harga pasar.
Adapun harga acuan bawang merah untuk pembelian dari petani berdasarkan Permendag tersebut yakni Rp15.000 (konde basah), Rp18.300 (konde askip) dan Rp22.500 (rogol askip). Sedangkan harga acuan penjualan ke konsumen sebesar Rp32.000 per kilogram.
Lebih jauh dia tuturkan, Bulog Sumut tengah giat mencari mitra petani terkait dengan pembelian bawang merah. Bulog Sumut mencari mitra yang disebutnya bersikap 'loyal' sehingga Perum bisa terlibat sejak awal bercocok tanam sampai dengan masa panen.
"Banyak dari kelompok tani, kalau harga lagi bagus, tidak mau bermitra (dengan Bulog). Namun kalau harga jatuh, mencari-cari Bulog dan marah kalau panennya tidak kami beli."
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Maret 2017 sejumlah komoditas pertanian di Sumut mengalami penurunan harga. Yakni cabai merah ( turun 16,40%), cabai rawit (23,90%), daun singkong (21,82%) dan tomat buah (14,19%).
Sedangkan beberapa komoditas lain mengalami penaikan harga, termasuk bawang merah, bahkan komoditas ini termasuk yang paling dominan memberikan sumbangan terhadap inflasi daerah.
Sepanjang 2016, masih berdasarkan data BPS, produksi bawang merah Sumut hanya memberikan kontribusi sebesar 1,11% dari ketersediaan komoditas ini secara nasional. Cukup jauh lebih kecil dari sejumlah komoditas lain yang dihasilkan Sumut. Seperti padi (5,82%), jagung (6,72%) dan cabe merah (13,40%).