Bisnis.com, PALEMBANG -- Petani sawit mandiri diminta untuk concern menerapkan praktik pengelolaan kebun sawit yang berkelanjutan supaya produksi petani dapat diterima dan berdaya saing di pasar internasional.
Damayanti Buchori, Direktur Program Kemitraan Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan Sembilang -- Dangku (Kelola Sendang), mengatakan sekitar 42% dari produksi kelapa sawit Indonesia berasal dari petani.
"Petani kelapa sawit mandiri ini mempunyai kesempatan untuk terus menambah luasan tanpa terkendali. Pabrik kelapa sawit tanpa kebun yang membeli dari mereka harus secara seksama melihat apakah buah dari petani dapat dipertanggungjawabkan," jelasnya di sela workshop Peningkatan Kemampuan Perkebunan Kelapa Sawit dengan Praktek Bisnis Berkelanjutan, Selasa (25/4/2017).
Menurut Damayanti, petani sawit mandiri harus bisa mempertanggungjawabkan produksi tandan buah segar (TBS) mereka, terutama dari aspek legalitas, lingkungan dan sosial.
Dia mengemukakan, Kelola Sendang yang merupakan konsorsium dari beberapa organisasi untuk mendukung kebijakan Pemprov Sumsel, bakal menerapkan sistem ketelusuran buah (traceability) untuk mendukung usaha petani kelapa sawit yang berkelanjutan di Kawasan Sembilang -- Dangku, Sumsel.
"Proyek Kelola Sendang selain mendukung pembangunan petani kelapa sawit yang berkelanjutan, juga meminimalkan risiko berkelanjutan dari sumber buah sawit yang berasal dari perkebunan swadaya dengan sistem ketelusuran buah," katanya.
Pihaknya berharap petani mandiri mampu memenuhi syarat minimum untuk dapat mengurangi risiko praktik perkebunan yang kurang bertanggung jawab.
Pihak pabrik kelapa sawit juga diminta untuk memenuhi syarat minimum, yakni membantu peningkatan praktik perkebunan yang baik, peningkatan hasil panen serta penguatan organisasi petani dan keamanan sumber pangan.
"Selain itu dengan penerapan ketelusuran buah akan membantu perusahaan dalam memenuhi komitmen keberlanjutan serta memperkuat hubungan dengan petani swadaya," jelasnya.