Bisnis.com, PALEMBANG -- Program Pengelolaan Lanskap Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku (Kelola Sendang) di Sumatra Selatan pada tahun ini mendorong kepemilikan sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit, perkebunan plasma, dan perkebunan rakyat.
Direktur Program Kelola Sendang Damayanti Buchori mengatakan, setelah mematangkan program pada 2016 maka pada 2017 memasuki tahapan implementasi yakni mendorong kepemilikan sertifikat ISPO.
"Sertifikat ISPO ini sangat perlu, terlepas memang mandatory dari pemerintah karena saat ini penggunaan CPO bukan hanya untuk makanan tapi juga kosmetik," katanya, Selasa (25/4/2017).
Menurut dia, semakin luas cakupan produk sawit membuat pembeli menginginkan kepastian bahwa sawit ini ditanam dengan cara tidak merusak lingkungan.
Untuk mendorong kepemilikan sertifikat ISPO ini, pengelola program yang dikoordinir Zoological Society of London (ZSL) dengan anggota The Suistainable Trade Iniatiative (IDH), Deltares, SNV Netherlands Development Organization, Daemeter Consulting, dan Forest People Programme (FPP), telah mengandeng sejumlah perusahaan sawit di Sumsel.
"Karena tahun ini sudah harus implementasi maka sudah dilakukan kerja sama dengan perusahaan sawit, salah satunya pemasangan alat smart tool untuk monitoring lingkungan. Saat ini ada 4-5 perusahaan holding yang menerapkannya," kata dia.
Terkait Pengelolan Lanskap Sembilang-Dangku ini, beberapa hal juga masih menjadi pekerjaan rumah, diantaranya restorasi lahan gambut karena masih dijumpai adanya gambut dalam yang dimanfaatkan untuk perkebunan sawit.
Selain itu, penyebaran keanekaragaman hayati di dalam kawasan Sembilang-Dangku, penyelesaian konflik lahan antar warga dan perusahaan.
Sejauh ini tim Kelola Sendang, sudah membantu menyelesaikan konflik di Desa Pulau Gading, Muba.
"Rencananya program ini akan berakhir pada Maret 2018. Tentunya, kami memiliki indikator dan paramater apakah target yang diusung sudah tercapai apa belum.
Salah satu indikatornya, yakni bagaimana praktek perkebunan di Sembilan-Dangku mampu meningkatkan kegiatan ekonomi tapi tetap tidak merusak lingkungan," kata dia.
Sebelumnya, dua lokasi ini dipilih karena sangat rawan terjadi pengalifungsian lahan akibat tingginya kebutuhan manusia, dan bencana kebakaran hutan dan lahan.