Bisnis.com, MEDAN - PT PLN (Persero) mengklaim telah mampu menekan biaya pokok produksi (BPP) pengoperasian pembangkit listrik di Belawan.
Direktur Bisnis PLN Regional Sumatera Amir Rosidin mengungkapkan, saat ini pemanfaatan LNG sekitar 95mmscfd dan di akhir 2017 akan naik menjadi 137mmscfd setelah Pembangkit MPP Paya Pasir (75 MW) serta PLTG GT 1,2 Belawan beroperasi dengan gas.
"Penggunaan gas tersebut membantu menurunkan biaya pokok produksi (BPP) Pembangkit dari sekitar Rp2.926 per kWh (2014) menjadi Rp1.255 per kWh (2017)," jelasnya di sela kunjungan Menteri ESDM Ignasius Jonan ke kawasan pembangkit di Pulau Naga Putri, Desa Pulau Sicanang, Kota Medan, Jumat (31/3) petang.
Dipaparkan, Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di bawah kelolaan PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Belawan merupakan pemasok utama atau setara dengan 25% kelistrikan di Sumatra Utara. Adapun kapasitas total dari kedua pembangkit mencapai 720 MW.
Sejak dibangun sekitar 25 tahun lalu, awalnya pembangkit menggunakan bahan bakar HSD (Solar). Namun sejak maret 2015, PLN menggunakan bahan bakar gas yang berasal dari Lapangan Tangguh, Papua.
Dari Lapangan Tangguh, LNG kemudian diregasifikasi di Terminal Arun lalu disalurkan melalui pipa sepanjang lebih dari 300 km ke Belawan.
Pada 2018, pemanfaatan gas juga diproyeksikannya akan naik menjadi 197mmscfd seiring dengan beroperasinya MVPP (Marine Vessel Power Plant) 240 MW dengan bahan bakar gas.
Pasokan tersebut akan meningkatkan efisiensi PLN dalam mengurangi BBM yang sebelumnya digunakan untuk mengoperasikan pembangkit di pusat listrik Belawan.