Bisnis.com, MANDAILING NATAL - Momentum bersejarah kembali terjadi di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, pada Jumat (24/3/2017).
Di bawah terik panas, Presiden RI Joko Widodo didampingi Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara yang terletak di pinggir Pantai Barat Sumatera di Kecamatan Barus.
Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti dan penekanan tombol sirine serta dilanjutkan dengan peninjauan lokasi oleh Presiden Jokowi.
Siaran pers Humas Pemprov Sumut, Sabtu (25/3/2017), menyebutkan, Tugu (Monumen) ini memiliki tiga tiang penyangga bola dunia. Tiga tiang penyangga itu memiliki makna filosofi bagi adat Mandailing, yang disebut dengan Dalihan Na Tolu.
Pada kesempatan itu, Tengku Erry mengungkapkan latar belakang pendirian tugu tersebut.
"Penyebaran agama di seluruh Indonesia, mulai dari Barus, Tapanuli Tengah."
Hal itu, jelasnya, berdasarkan sejarah penyebaran agama di seluruh Indonesia, terutama Muslim, Nasrani, Hindu, Budha dari Tapanuli Tengah dan situs-situs yang membuktikannya.
"Untuk muslim ada situs tua Mahligai, situs Papan Tinggi yang menyebarkan Islam kira-kira abad ke 5 Masehi dari saudagar-saudagar Timur Tengah yang berlayar menuju Tapanuli Tengah."
Lebih jauh dipaparkan, Kota Barus atau dikenal juga dengan nama Fansur, pada abad 1 – 17 M merupakan kota Emporium dan pusat peradaban. Hal ini menjadikan Barus sebagai kota tertua di Indonesia.
Pelayar-pelayar terkenal seperti Marcopollo pernah mendarat di kota ini. Pedagang-pedagang dari Persia dan bahkan dari seluruh penjuru dunia juga berdatangan ke kota ini di masa-masa kejayaannya.
Dulunya, aktivitas di kota ini lebih banyak diisi dengan perdagangan di mana komoditi yang paling dominan adalah rempah-rempah. Barang dagangan dibawa turun dari gunung oleh para penduduk lokal untuk dijual ke para pedagang yang berasal dari luar negeri.
Adapun komoditi yang paling terkenal dari kota itu hingga saat ini adalah Kapur Barus. Bahkan dalam sebuah penelitian disebutkan, mayat Raja Firaun diawetkan dengan menggunakan bahan rempah-rempah bernama kapur barus yang berasal dari kota Barus.
Kedatangan para pedagang yang berasal dari Persia sekaligus membawa Agama Islam masuk ke Nusantara, begitu juga para pedagang dari Eropa, membawa pengaruh Agama Kristen. Namun, Islam lebih mendominasi.
Peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti kuburan berukuran raksasa, batu nisan bertuliskan tulisan Persia kuno dan artefak-artefak bersejarah lain sampai hari ini masih banyak ditemukan di Barus.