Bisnis.com, MEDAN - PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe kembali menjadi peserta pameran pembangunan Pekan Raya Sumatra Utara (PRSU) 2017 dengan menampilkan dan mempromosikan berbagai produk kelompok masyarakat binaan.
Presiden Direktur Agincourt Resources Tim Duffy menuturkan, pihaknya terus berkomitmen untuk berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat di sekitar lokasi operasional tambang.
“Kami memiliki kewajiban untuk berkontribusi terhadap pendampingan pengembangan usaha kemasyarakatan. Kami memastikan operasional tambang memberi dampak positif secara jangka panjang terhadap masyarakat,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (20/3/2017).
Lebih lanjut, Corporate Communication Senior Manager Agincourt Resources Katarina S. Hardono merinci beberapa produk yang dipamerkan dan dipromosikan pada PRSU 2017 yakni produk sentra oleh-oleh Bagasta, benih padi unggul dari Kelompok Tani Permata Hijau, beras organik Kelompok Tani Aek Pahu, kompos produksi kelompok Naposo Nauli Bulung, dan budidaya jagung pipil Kelompok Tani Mulia Bakti.
Keseluruhan produk dari kelompok masyarakat binaan Tambang Emas Martabe tersebut ditempatkan di stan 36-37 di lantai dua Paviliun Kabupaten Tapanuli Selatan.
Untuk produk dari Bagasta, ada produk kopi dan minuman olahan tradisional lainnya. Bagasta merupakan rumah kue di bawah binaan tambang dan PKK Kecamatan Batangtoru. Untuk benih padi unggul, saat ini penjualannya sebagian besar diserap oleh PT Pertani dan kelompok tani lainnya.
Program penangkaran benih padi ditargetkan mampu memenuhi kebutuhan 7.000 hingga 8.000 ton benih padi per tahun di Sumut. Adapun, ketersediannya hanya 1.000 hingga 2.000 ton per tahun. Tambang Emas Martabe pun mematok kemitraan dengan Kelompok Tani Permata Hijau ini mampu menjadikan Batangtoru sebagai sentra benih padi unggul.
Sementara itu, untuk beras organik, tambang menerapkan perubahan pola pikir, metode tanam dan teknis budidaya berbeda. Areal tanam saat ini diperluas mencapai 6 hektare. Secara ekonomi, Tambang Emas Martabe mengklaim pendapatan petani ikut terdongkrak karena penurunan biaya produksi hingga 30%, sementara nilai jual beras naik dua kali lipat.
Untuk rumah kompos, saat ini produksinya memanfaatkan 700 kg sampah dalam sepekan. Sampah diperoleh dari Pasar Batangtoru dan menghasilkan 200 gram kompos. Pemasaran masih kepada petani di sekitar Batangtoru.
Adapun, untuk budidaya jagung pipil, Tambang Emas Martabe bersama Kelompok Tani Mulia Bakti melakukannya di lahan 15 hektare di Desa Sumuran. Pada akhir Januari 2017, produksi jagung pipil terjual 14 ton kepada PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk.
“Selain mempromosikan hasil kelompok binaan, pengunjung PRSU juga dapat menyaksikan video operasional Tambang Emas Martabe. Kami sekaligus mempromosikan potensi dan peluang investasi sebagai dukungan kepada Pemkab Tapanuli Selatan,” pungkasnya.